Bagaimana tidak? Saya pulang dengan 3 penghargaan. 'Headliner', 'Best in Opinion', dan 'Â People Choice'. Ini bukan untuk disombongkan. Tak ada yang pantas disombongkan.Â
Kesemua penghargaan itu untuk saya? Tidak!! Sesungguhnya itu bukanlah semata karena tulisan saya. Di situ ada campur tangan luar biasa dari Pembaca, Kompasianer, khususnya 'voter', dan juga Admin dan Pengelola Kompasiana serta Panitia. Karena beriman, saya percaya kerja semesta. TanganNya yang mempertemukan kita dan menganugerahkan kebahagiaan.Â
Kepada mbak Maurin, ada terima kasih khusus. Sejak bulan September, ia menjagokan saya yang bukan siapa siapa di artikelnya. Ia bahkan memasukkan saya dalam novelnya. Terima kasih, Young Lady Cantik. Tak lupa saya pada Pak Rustian, Pak Tjip dan bu Lina yang selalu hadir hampir di semua artikel saya. Pak Ropingi yang marah marah terus, tetapi baik hati. Harunya, terdapat beberapa Kompasianer yang secara terbuka mendukung. Matur nuwun, dari hati paling dalam.Â
Tanpa semuanya, saya tidak ada. Terkesan gombal? Iya, tak apa. Nyatanya, tanpa pembaca dan Kompasianer yang memberikan komentar, kritik, debat sengit, mencaci, atau mem'bully', saya tak ada. Untuk apa tulisan saya buat, bila tidak untuk pembaca dan sesama Kompasianer.
Saya yang 'newbee', yang tidak rapi tata bahasanya, yang sering banyak salah eja, yang serampangan menyampaikan materi tulisan, yang kadang terbawa emosi, marah dan kecewa dengan situasi politik, yang juga mudah bahagia dengan musik , atau terlalu nekad konyol menulis fiksi saya yang sangat tak layak, telah diterima secara resmi sebagai keluarga Kompasiana. Dok, dok, dok.Â
Keluarga inilah yang menerima saya apa adanya. Susah dan senang. Baik dan buruk.Â
Keluarga ini pula yang menaruh risiko memilih saya melalui 'vote' untuk 'award' itu.Â
Saya hendak menyebut tulisan Prof Felix Tani, Kompasianer yang saya hormati dan segani, bahwa Kompasiana adalah "E-Democracy". Dan, Kompasianival adalah pestanya aktor 'E- democracy', para Kompasianer. Kita barus saja merayakan perayaan itu dengan damai.Â
ARTIKEL APA SIH YANG SAYA TULIS?Â
Saya menuliskan bab ini bukan karena merasa istimewa, tetapi justru karena saya berhutang.
Beberapa kali saya ditanya kawan Kompasianer "Bagaimana cara kamu menulis? ", "Apakah kamu buat kerangka, outline dan lain lain?", "Bagaimana sih kok bisa sering HL?", "Masa baru saja menulis? Tidak mungkin!