"Mohon maaf telah mengundang Bapak/Ibu karena kesalahan yang sudah diperbuat kedua anak kita. Dan ini pelanggaran yang kedua kalinya terulang lagi. Sekali lagi menulang kesalahan kami menyarankan anak --anak ini segera pindah dari sekolah ini."
"Baik Bu, kami terima konsekuensi dari kelakuan anak kami. Kami minta maaf sebesar-besarnya."
"Beberapa poin laporan kelakuan Robert bahkan guru juga ada korban kenakalannya. Saya harap kedepannya Robert ada perubahan. Ini terakhir kali peringatan buat Robert."
Setelah selesai pembinaan di ruang BP, orag tua Robert dengan wajah kusut keluar dari ruangan menuju mobil langsung pulang. Robert berjalan gontai menelusuri jalan menuju parkiran dengan wajah menunduk hatinya sedang risau bakalan terjadi perang lagi malam ini di rumah.
Keesokan harinya Robert mangkal di warung tempat mereka nongkrong, beberapa orang temannya sudah pada istirahat sambil merokok dengan santainya. Harry juga sudah ada di warung itu sambil membaca pesan handponenya.
"Hai Bro, sudah lama sampaikah?" Robert memegang pundak Harry.
"Baru sampai. Ada wa dari Rangga katanya ada tauran  di pinngir tol dekat sekolahannya. Kita diajak. Bagaimana kamu maukah?" Harry memandang Robert agar mau ke tempat tauran.
"Maaf Bro, kali ini aku tidak bisa ikut tadi malam habis sidang di rumah."
"Aku mah masuk kanan keluar kiri Bro," Harry masih mempengaruhi Robert.
"Setidaknya hari ini aku mendengar mereka Bro, salam saja sama Rangga ya! Bye aku pergi duluan. Hati-hati ya!" Robert sambil menyalakan motornya pergi ke sekolah. Mentari sudah tinggi pertanda Robert terlambat lagi.
Tidak berapa lama Rangga datang menghampiri Harry, dia sudah membawa alat benda tajam seperti clurit.