Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Robert Dunia Terbalik

30 Agustus 2020   08:50 Diperbarui: 30 Agustus 2020   09:06 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://pin.it/79nh8EW

Tak berapa lama bel istirahat bunyi, pelajaran Bahasa Inggris berikutnya. Guru Bahasa Inggris sama juga galaknya dengan guru Bahasa Indonesia. Bu Dini Budiyanti tak segan-segan menghukum anak-anak bila salah apalagi melawan bisa-bisa kena tampar.

"Bu Dini belum datang ya, padahal aku sudah telat 5 menit"ujar Clarisa baru datang dari kantin.

"Syukurlah Clarisa, Bu Dini tidak datang PRku belum selesai aku kerjakan," kata Ananda teman sebangkunya. Mereka duduk tidak jauh dari Robert dan Harry bersebelahan.

Robert merasa senang bila tidak ada guru, apalagi dengan Bu Dini paling malas sebenarnya mengikuti pelajarannya. Guru paling reseh tidak bisa berisik padahal Robert anaknya paling tidak bisa diam, sukanya mengobrol terus bareng Harry. Setengah jam sudah berlalu Robert sudah beraksi jalan ke sana ke mari, mengganggu teman-temannya bahkan tak segan-segan mengambil peralatan perlengkapan sekolah milik temannya. Sambil jalan tangannya iseng saja mengambil pulpen, stabilo, pensil dll yang tergeletak di meja. Merasa punya sendiri saja. Masa bodoh yang penting hatiku senang. Tak berapa lama Tifani menjerit.

"Robert ... kembalikan pulpenku, dasar clepto!" Tifanni marah banget wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Di antara teman-teman perempuan Tifani paling berani melawan Robert karena dia sudah sabuk hijau di tekwondo. Kamu kebiasaan ya, saya tidak terima. Itu hadiah dari mamaku, belinya jauh di Singapura. Rata-rata yang sekolah SMA Kusuma Bangsa adalah anak orang berada, paling dekat mainnya Singapur, selebihnya Eropa.

"Pinjam, aku hanya ambil sebentar."


"Busuk lo, pinjam alias nyuri. Aku kan sudah kenal kamu dari kelas sepuluh." Tifani kesal sampai-sampai ingin smakdown.

"Ini. Pelit banget sih."
"Nanti aku beli sepuluh deh seperti itu."

"Tidak mau, sudah beda itu, ini pemberian mama kusayang,"sambil Tifani pegang pulpen kesayangannya.


Dua jam telah berlalu, Bu Dini tak kunjung datang tapi tugas sudah dikasih guru piket. Anak-anak sebagian mengerjakan karena pesannya harus dikumpulkan. Robert sama Harry setengah jam lalu sudah kabur dan pergi ke lantai 4 , kebetulan kelas X ada di lantai 4. Mereka berdua mengintip dari jendela tiap-tiap kelas cewek mana yang paling cantik. Robert seperti biasa tebar pesona, tampang sih oke walaupun dia nakal dan punya prestasi di bidang futsal. Badannya sangat sempurna, atletis, wajahnya bak patung Romawi, hindungnya seperti dipahat dan potongan rambutnya cepak menambah ketampanannya. Cuma kekurangannya tuh suka jahil. Apalagi bila olah raga ganti baju kebetulan baju seragam anak-anak hanya samperin di kursi ,  jika perpustakaan, ruang lab komputer buka sepatu. Nah bila ada baju, sepatu yang hilang Robertlah pelakunya. Jam terakhir pun tiba, pelajaran komputer. Ruang labnya lantai dasar. Gurunya kadang tidak mengabsen anak-anak sehingga Robert punya kesempatan cabut atau pulang duluan.

"Bro kita pulang saja, aku sudah bosan di sini." Ujar Robert sambil membereskan buku-bukunya dan tasnya di simpan di laci mejanya. Harry juga ikut-ikutan. Mereka berjalan dengan santai, kartu izin keluar sudah mereka gandakan, kebetulan sudah mereka copy kemarin. Aslinya mereka curi di meja piket ketika guru piket ke kamar mandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun