"Saya mau di rumah aja, bisnis online atau apalah. Kan suami yang wajib cari nafkah," jawab Nisa.Â
"Ehm, saya mau kerja saja, mau bantu-bantu suami," jawab Lisa.Â
Duuh, makin bingung aja, pendapat mereka bagus-bagus semua. Huft.Â
"Baik, sekarang praktek___"
"Tunggu," ucap Arin yang tiba-tiba menghentikan ucapanku.Â
"Kak, rasanya tidak adil jika hanya kakak yang mendengar jawaban kami. Kami juga ingin mendengar jawaban kakak atas pertanyaan yang kakak tanyakan ke kami."
Gubrakk, asem tenan. Mereka membalasku.Â
"Iya, Kak," ucap mereka berempat.Â
Duh, mau tak mau aku harus ngasih jawaban.Â
"Baik, akan  kujawab semua pertanyaanku tadi. Di awal sudah saya bilang, tindakan saya konyol, tapi ini caraku. Cantik dan tampan iya memang relatif, tetapi kata orang saya tampan." Pede banget aku, hahaha.Â
"Tujuan menikah? Sebenarnya aku nggak tahu, aku dipaksa sama orang tua, maaf. Nah, jikalau memang salah satu kalian jadi istriku, saya ingin memenuhi tanggung jawabku sebagai suami.