[caption caption="Khawarij dalam islam ( salafymakassar.net)"][/caption]Tulisan ini dipersembahkan kepada pihak-pihak yang masih menuduh kalau HT adalah Khawarij. Semoga dengan ulasan ini bisa sedikit memberi bahan pertimbangan mendalam. Memang tidak dapat dipungkiri kalau Tuduhan yang disematkan kepada HT sangat variatif. Hal itu wajar dan manusiawi karena adanya berbagai alasan dan berbagai kepentingan terkait munculnya tuduhan-tuduhan yang ada selama ini.Dengan segala argumentasi beserta dalil - dalil yang dipaksakan mereka seolah memiliki sertifikat untuk menentukan mana yang benar dan mana yang keliru. Tentu saja dengan muatan subjektifitas untuk menguatkan berbagai tuduhan-tuduhan mereka. Diantara tuduhan itu adalah bahwa HT dianggap sebagai kelompok Khowarij. Salah satu justifikasi atas argumentasi ini adalah karena HT suka mengkritik kebijakan pemerintah dan tidak mau tunduk kepada keputusan pemerintah, misalnya menolak program BPJS, tidak mau terlibat riba dan bank, dan lain sebagainya.
Bahkan ada sebagian ustadz, yang begitu semangat menuduh HT sebagai kelompok Khowarij, dengan alasan-alasan yang bagi orang berilmu akan terasa sangat lucu. Berikut ini merupakan ciri-ciri Khowarij menurut ustadz tersebut:
Pertama, Adanya majelis-majelis rahasia. Kata beliau, HT selalu menyembunyikan pertemuan-pertemuan mereka dan berupaya untuk menghindar dari pandangan manusia yang tidak sejalan dengan paham mereka. Majelis-majelis rahasia tersebut mereka adakan di tempat-tempat khusus atau kadang-kadang di alam terbuka yang jauh dari keramaian manusia, bahkan kadang-kadang di tempat-tempat peristirahatan untuk menghindari adanya keraguan dan kecurigaan pihak lain. Bisa juga di gua-gua dan yang semisalnya.
Kemudian mereka, menamakan majelis-majelis rahasia tersebut dengan majelis-majelis ilmiah.
Kalau seandainya mereka duduk berkumpul dalam rangka untuk mencari ilmu dan faidah ilmiah, maka pihak yang tidak sepaham (tidak satu kelompok) dengan mereka tidak diizinkan untuk duduk bersama mereka serta tidak diizinkan masuk ke tempat-tempat pertemuan mereka.
Beliau kemudian mengutip pernyataan Amirul Mu’minin Umar bin ‘Abdil ‘Aziz: “Jika anda telah melihat sekelompok orang yang secara khusus melakukan pembicaraan rahasia berkaitan dengan urusan umat, maka ketahuilah sesungguhnya mereka sedang meletakkan pondasi kesesatan.”
Kedua, kata beliau kaum Khawarij adalah orang-orang yang semangat dalam ibadah. Mereka itu bukanlah para pelaku kemaksiatan atau para preman, tetapi mereka sesat.
Ketiga, diantara ciri kaum Khawarij adalah orang-orang yang muda umurnya dan dungu cara berpikirnya, serta mereka sama sekali bukan dari kalangan ‘ulama.
Keempat, kelompok Khawarij selalu berupaya menyembunyikan berbagai operasi jaringan mereka dari keumuman manusia dan tidak mau menampakkan identitas (jati diri) mereka secara terang-terangan.
Kelima, kelompok Khawarij selalu menampakkan diri mereka dengan slogan amar ma’ruf nahi munkardalam rangka menarik simpati hati manusia.
Keenam, kelompok Khawarij sering meletakkan nash-nash (al-qur’an dan as-sunnah) bukan pada tempatnya.
Ketujuh, kelompok Khawarij tidaklah pernah menimba ilmu dari para ‘ulama (Ahlus Sunnah wal Jama’ah), dan sesungguhnya mereka hanya bersandarkan pada pemahaman mereka yang pendek serta doktrin-doktrin para pemimpin mereka yang jahil.
Kedelapan, kelompok Khawarij selalu berupaya untuk berdalil dengan dalil-dalil yang mutasyabih (belum jelas dan masih samar) baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits, serta meninggalkan dalil-dalil yang muhkam (jelas dan pasti), sebagaimana hal itu memang kebiasaan para pengusung kesesatan.
Benarkah HT Khowarij? Untuk memahami hal ini, kita akan mengkaji fakta Khowarij dan faka HT itu sendiri, dengan begitu kita dapat menilai HT secara objektif.
Sedangkan ciri-ciri Khowarij yang lucu-lucu tidak akan dibahas dalam tulisan ini.
Apa itu khowarij?
Secara bahasa Khawirij (Arab: خوارج) berarti "Mereka yang Keluar".
Secara istilah, Khowarij adalah istilah untuk kelompok dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Mereka dinamakan Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan pemimpin kaum muslimin (Khalifah).
As Syahrostaany berkata: “Khowarij adalah setiap orang yang memberontak terhadap Imam (Khalifah) yang benar yang telah bersepakat atasnya jamaah (muslimin) dinamai Khowarij, baik memberontak di masa-masa shahabat terhadap pemimpin-pemimpin yang baik (Khulafa’ur Rasyidin) atatu yang setelah mereka terhadap para Tabi’in (yang mengikuti shahabat) dengan baik dan para pemimpin (Khalifah) pada setiap zaman.”
Khowarij pertama muncul pada waktu Perang Shiffin ketika Sayyidina Ali dan Sayyidina Muawiyah menyetujui penunjukan dua orang hakim penengah guna menyelesaikan konflik diantara keduanya. Mereka berkumpul disuatu tempat yang disebut Khouro (satu tempat di daerah Kufah). Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al-Khoruriyyah.
Sebenarnya sampai saat itu mereka adalah para pendukung Sayyidina Ali, namun kemudian secara tiba-tiba mereka berbalik ketika berlangsungnya peristiwa tahkim, dan berkata kepada kedua kelompok tersebut,”Kalian semuanya telah menjadi kafir dengan bertahkim kepada manusia sebagai ganti bertahkim kepada Allah diantara kalian.”
Beberapa waktu kemudian mereka makin menjadi orang-orang yang sangat ekstrim dalam pendapat-pendapat mereka dan sangat jauh melampaui batas. Dan karena watak mereka itu lebih cenderung kepada kekerasan, maka mereka menyerukan memerangi setiap orang yang berlawanan dengan mereka dan melakukan pemberontakan bersenjata terhadap Khilafah (yang menurut mereka tidak sah). Oleh sebab itu, untuk waktu yang lama sekali mereka telah membangkitkan keonaran dimana-mana dan lebih cenderung membunuh dan menumpahkan darah.
Adapun pokok-pokok pikiran mereka adalah :
Pertama, Mereka mengakui keabsahan Kekhilafahan Abu Bakar dan Umar. Adapun Kekhilafahan Utsman menurut mereka telah menyimpang dari keadilan dan kebenaran, terutama pada akhir masa kekhilafahannya. Karena itu, menurut mereka, beliau selayaknya dibunuh atau dimakzulkan.
Dan bahwasanya, menurut mereka, Ali juga telah melakukan dosa besar dengan bertahkim kepada selain Allah. Sesungguhnya kedua hakim penengah, yaitu Amr bin ‘Ash dan Abu Musa al Asy’ari dan orang-orang yang menyetujui peristiwa tahkim maka mereka semua adalah orang-orang berdosa dan semua orang yang ikut dalam Perang Jamal (Onta) termasuk Thalhah, Zubeir dan Aisyah Ummul Mukminin telah melakukan dosa yang amat besar.
Kedua, Dalam pandangan mereka, dosa sama dengan kekufuran. Mereka mengkafirkan setiap pelaku dosa besar apabila ia tidak bertaubat. Atas dasar inilah mereka secara terang-terangan mengkafirkan semua sahabat Nabi saw yang disebutkan tadi bahkan mereka tidak segan-segan mengumpat dan melaknat mereka.
Selain dari itu, mereka mengkafirkan kaum muslimin secara keseluruhan karena: mereka tidak suci dari dosa-dosa dan karena mereka tidak hanya menganggap para sahabat Nabi saw itu sebagai orang-orang mukmin saja bahkan telah menjadikan mereka sebagai imam-imam mereka serta menetapkan hukum-hukum syariat dengan hadits-hadits yang diriwayatkan dari orang-orang itu.
Ketiga, Mereka sama sekali tidak menyetujui pendapat yang menyatakan bahwa seorang khalifah haruslah dari suku Quraisy. Mereka mengatakan bahwa setiap orang laki-laki yang shalih dipilih oleh kaum muslimin dapat menjadi seorang khalifah yang sah bagi mereka terlepas dari kenyataan apakah dia seorang dari suku Quraisy apa bukan.
Keempat, Ketaatan kepada khalifah adalah sesuatu yang wajib hukumnya selama ia masih berada di jalan keadilan dan kebaikan. Apabila ia menyimpang maka wajib memerangi, memakzulkan atau membunuhnya.
Kelima. Menerima Al Qur’an sebagai salah satu sumber diantara sumber-sumber hukum Islam. Adapun tentang hadits dan ijma’ maka mereka memiliki cara yang berbeda dari cara kaum muslimin lainnya.
Adapun kaum Azariqoh, yakni kelompok terbesar kaum Khowarij, mereka beranggapan bahwa seluruh kaum muslimin selain mereka adalah musyrik. Oleh sebab itu, orang-orang dari kalangan mereka, yakni kaum Khawarij, tidak dibolehkan pergi mengerjakan shalat di suatu tempat jika yang menyerukan azan di sana bukan dari kalangan mereka sendiri.
Kelompok-kelompok Khowarij yang paling moderat adalah kaum ibadhiyah yang mengkafirkan seluruh kaum muslimin namun tidak menyatakan mereka sebagai kaum musyrik. Menurut pandangan mereka, orang-orang muslim selain mereka adalah “bukan mukmin” tapi diterima syahadat mereka, boleh kawin dan dikawinkan dengan mereka, mewarisi dan mewariskan pula.
Begitulah sekilas fakta dan sejarah tentang kelompok Khowarij.
Sekarang, akan kita bahas sikap HT yang terkait dengan pembahasan ini, sehingga nantinya kita bisa membandingkan secara fair dan obyektif.
HT adalah organisasi dakwah, yang didirikan oleh Syeikh Taqiyuddin pada tahun 1953, yaitu setelah runtuhnya Khilafah atau ketiadaan Khilafah. HT dimaksudkan sebagai wadah perjuangan umat Islam untuk melanjutkan kehidupan Islam (isti’naf al-hayah al-Islamiyyah) dengan cara mengembalikan kedaulatan hukum Allah swt. Dipahami dengan sangat clear bahwa kehidupan Islam tidak akan sempurna tegak, kecuali dengan adanya Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Jadi, menurut HT, Khilafah adalah metode penerapan Islam, bukan tujuan perjuangannya.
HT telah merumuskan perjuangannya dan pemikiran-pemikiran yang diadopsinya di dalam-kitab-kitab mutabannat, yang dapat diperoleh di manapun dan dapat didownload secara gratis dari website resminya HT, sehingga menjadi mudah bagi siapa saja untuk mengkajinya secara terbuka. Berikut ini beberapa sikap HT terkait permasalahan ini:
Pertama: Sikap HT terhadap para shahabat Nabi saw.
Sikap HT terhadap para shahabat Nabi saw sangat jelas, yaitu bahwa semua shahabat Nabi saw adalah orang-orang yang adil (Ash shohabatu kulluhum ‘uduulun). Hal itu dinyatakan Syeikh Taqiyuddin dalam Kitab Asy-Syakhsiyyah Al-Islamiyyah jilid 3, halaman 317, sebagai berikut:
“Semua shahabat Nabi adalah orang-orang adil. Masing-masing dari mereka memliki kekhususan. Keadilan mereka tidak perlu dipertanyakan lagi, bahkan mempertanyakan keadilan mereka adalah pekerjaan yang sia-sia. Akan tetapi, mereka semua adalah orang-orang adil, berdasarkan nash al-qur’an dan sunnah.
Diantaranya adalah firman Allah: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam), yaitu dari kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka jannah (surga-surga) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah:100)
Dan firman Allah swt: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur . Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).” (QS. Ahzab, 23).
Dan firman Allah swt: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur . Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).” (QS. Ahzab, 23).
Dan firman Allah: “Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (berbai’at) di bawah pohon. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath 18)
Dan firman Allah: “Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hasyr 8).
Dan firman Allah: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku´ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS. Al-Fath 29)
Dan ada banyak sekali hadits yang menyatakan keutamaan sahabat Nabi. Diantaranya adalah sabda Nabi saw: “Sahabat-sahabatku seperti bintang. Dengan siapapun kalian mengikutinya, pasti kalian akan mendapatkan petunjuk” HR. Rozzin.
Sungguh Imam At Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Maghfal, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Allah, Allah bersama para shahabatku. Allah, Allah bersama para shahabatku. Janganlah kalian iri kepada mereka. Siapa saja yang mencintai mereka, maka aku akan mencintainya. Siapa saja yang membenci mereka, aku akan membencinya. Siapa saja yang menyakiti mereka, berarti mereka menyakiti aku.
Siapa saja yang menyakiti aku, berarti menyakiti Allah. Siapa saja yang menyakiti allah, maka Allah akan mengadzabnya”.
Telah ditetapkan dalam kitab Shohihain dari Abu Said al-Khudzri, bahwa Rasulullah bersabda: “Demi Dzat, yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seandainya kalian berinfaq emas sebesar gunung uhud, hal itu tak akan menyamai derajat salah satu dari shahabatku, bahkan setengahnya saja tidak bisa.”
Imam Al-Bazzar telah meriwayatkan dalam kitab Musnadnya, dengan sanad yang terpercaya, dari Said bin Musayyab, dari jabir, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih shahabat-shahabatku atas orang-orang di seluruh alam, kecuali para Nabi dan para Rasul”.
Nash-nash syariah dari al-qur’an dan as-sunnah ini, menjelaskan dengan gamblang keutamaan shahabat Nabi, ketinggian derajatnya, kewajiban mencintai dan menghormati mereka, dan menjelaskan keadilan mereka.”
Demikianlah penjelasan Syeikh Taqiyuddin dalam kitab tersebut. Hal yang sama disampaikan Syeikh Taqiyuddin dalam Kitab Asy-Syakhsiyyah Al-Islamiyyah jilid 1, pada bab: man tuqbalu riwayatuhu, wa man la tuqbalu, wa bayaanu al jarhu wat ta’dil.
Berikutnya Syeikh Taqiyuddin menyatakan bahwa siapa saja yang menghina dan menodai kehormatan para shahabat Nabi, sebenarnya adalah orang-orang yang berusaha merusak sumber hukum kita, yaitu al-qur’an dan as-sunnah.
Hizbut Tahrir sangat mengakui keabsahan semua Kekhilafahan zaman para Shahabat Nabi, yaitu Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Utsman, dan Khalifah Ali. HT menyebutnya sebagai Khulafa’ur Rasyidin sebagaimana para ulama di dalam Islam, bahkan HT menjadikan pemerintahan pada masa Rasulullah dan Khulafa’ur Rasyidin sebagai benchmark Khilafah mendatang, yang saat ini sedang diperjuangkan oleh HT bersama seluruh komponen umat.
HT juga mengakui semua Kekhilafah setelah Khulafa’ur Rasyidin yang absah di dalam Islam, seperti kekhilafahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Bani Utsmaniyyah. Hanya saja, HT memberi catatan bahwa memang banyak penyimpangan dan kekeliruan di sana. Tetapi, bagaimanapun juga mereka tetap sebagai Khalifah yang sah, dan tetap representasi dari jama’atul muslimin.
Namun demikian, HT memang tidak menjadikannya sebagai benchmark, apalagi sebagai sumber hukum. HT hanya menjadikan Rasulullah dan Khulafa’ur rasyidin sebagai benckmark, serta menjadikan sumber hukum hanya al-quran, as-sunnah, ijma’ shabat, dan qiyas syar’i.
Konflik yang terjadi pada zaman shahabat, seperti Perang Jamal maupun Perang Shiffin, itu merupakan perang fitnah. Sumber-sumber terpercaya menyatakan bahwa pihak yang menyebarkan benih-benih fitnah di kalangan kaum Muslim adalah orang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam, yakni Abdullah bin Saba’.
Dialah orang pertama yang menyebarkan pemikiran-pemikiran beracun, seperti kedustaan atas nama Ahlul Bait, pendiskreditan terhadap Abu Bakar, Umar dan Utsman ra., pengkultusan terhadap Ali dan seruan untuk hanya berpihak kepadanya, atau keluar dari ketaatan terhadap Sayyidina Ali ra., dan lain sebagainya. Oleh karena itu, HT mengambil sikap sukut (diam) atas fenomena tersebut, dan tetap mengganggap bahwa semua shahabat Nabi adalah orang-orang yang adil, sebagaimana telah dibahas.
Kedua, apakah sama antara dosa dengan kekufuran?
Dengan kajian yang mendalam terhadap al-qur’an dan as-sunnah, dapat dikatakan bahwa seorang muslim yang melakukan suatu perbuatan dosa, namun ia sadar perbuatannya itu adalah sebentuk kemaksiatan yang akan mendapatkan murka dan siksa Allah, tetapi perbuatan dosanya itu tidak mengeluarkanya dari keimanan. Ia tetap seorang muslim yang berhak mendapatkan hak-hak sebagai seorang muslim.
Dengan kata lain, selama seorang muslim masih meyakini prinsip-prinsip keimanan, maka perbuatan-perbuatan dosa apa pun-besar atau kecil, tidak mengeluarkannya dari Islam atau golongan orang-orang mukmin. Mereka yang masih memiliki keimanan dan tidak mengingkari kewajiban-kewajiban agama, tetapi terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan kemaksiatan, tidak di sebut sebagai kafir yang kekal di neraka, melainkan pelaku maksiat (‘ashi) atau fasiq yang masih tergolong mukmin dan muslim. Ini berbeda dengan penganut Khawarij, yang mengafirkan pelaku dosa besar.
Jadi, HT tidak pernah mengkafirkan umat Islam, apalagi shahabat Nabi, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok Muktazilah. Tentang hal ini bisa dibaca pada tulisan yang lain yang berjudul: “BENARKAH HT SUKA MENGKAFIRKAN UMAT ISLAM?”
Ketiga, apakah Khilafah harus quraisy?
Dalam hal ini HT melakukan kajian yang sangat mendalam terhadap semua nash syariah yang membahas hal itu, baik dari al-qur’an atau as-sunnah. HT melakukan kajian terhadap masasalah ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan like atau dislike terhadap quraisy, tetapi murni kajian terhadap dalil. HT menyimpulkan dari berbagai dalil, bahwa Khalifah memang tidak harus quraisy, meskipun lebih utama (afdhal) jika Khalifah itu berasal dari suku Quraisy. Silahkan dilihat istidlal-nya di dalam kitab Nidzomul hukmi fil Islam, atau kitab Asy-Syakhsiyyah Al-Islamiyyah jilid 2 pada bab: syurutul khilafah, keduanya karya Syeikh Taqiyuddin An-Nabhany, atau kitab Ajhizatu Daulatil Khilafah Fil Hukmi Wal Idarah. Untuk pembahasan ringkas dapat melihat tulisan saya yang lain, yang berjudul: “APAKAH KHALIFAH HARUS QURAISY?”
Demikianlah sekelumit pandangan HT terkait masalah seputar kelompok Khowarij. Untuk pandangan yang lain tidak dibahas karena sudah terlalu jelas.
Dengan memahami fakta Khowarij dan HT di atas, secara obyektif, siapapun orangnya, secara obyektif pasti akan mengatakan bahwa HT bukan Khowarij. Memang ada beberapa persamaan dalam hal-hal tertentu, tetapi ada perbedaan mendasar yang membuat keduanya tidak bisa disamakan. Hal yang serupa juga terjadi antara Khowarij dengan kelompok-kelompok yang lain.
Terkait dengan pernyataan seorang ustadz, tentang ciri-ciri Khowarij dan anggapan mereka bahwa HT adalah Khowarij berdasarkan ciri-ciri tersebut, tidak akan kita bahas panjang lebar di sini. Sebab, hal itu sesuatu yang mengada-ada, bahkan anak kecil saja tahu jika itu hal hanya lelucon yang sangat tidak lucu.
Pernyataan bahwa HT adalah Khowarij karena HT itu majlisnya rahasia, merupakan pernyataan dari orang yang kurang piknik. Seorang yang paling awam pun tahu bahwa HT telah mengadakan acara-acara dan forum-forum terbuka, baik yang sifatnya rutin seperti Halaqoh Islam dan Peradaban (HIP) atau yang sifatnya insidental. Bahkan beberapa forum HT dihadiri oleh puluhan, hingga ratusan ribu orang.
Jika ustadz ini merupakan orang yang biasa buka internet, hanya cukup satu click saja untuk membuktikan hal ini.
Pernyataan bahwa HT menyembunyikan agenda, operasi jaringan dan pemikirannya serta bersembunyi di balik slogan amar ma’ruf nahi mungkar, merupakan pernyataan orang yang gagap dengan realitas. HT tak pernah menyembunyikan agenda dan pemikirannya. Siapa saja dapat mengakses kitab-kitab HT secara gratis di website HT atau di semua aktivis HT yang tersebar di seluruh dunia. HT tidak pernah menyembunyikan gagasan dan pemikirannya hanya ingin cari selamat.
Saat HT memahami bahwa demokrasi itu sistem kufur, HT menyatakannya dengan lantang dan jelas. Ketika HT membahas bagaimana persekongkolan para penguasa, termasuk Raja Saud dengan Inggris untuk memberontak kepada Khilafah, HT menjelaskannya dengan jelas, dan tidak ada kesamaran sedikitpun. Siapapun kita, bisa membaca itu dengan sangat gambalng dalam kitab Kaifa Hudimat Al-Khilafah (Bagaimana Khilafah Dihancurkan?).
Pernyataan bahwa HT adalah Khowarij dengan ciri menggunakan dalil tidak pada tempatnya dan aktivis HT hanya bersandar pada pemimpin mereka yang jahil, maka pernyataan ini lebih dekat dengan propaganda hitam, daripada diskripsi fakta yang sebenarnya. Dalam hal ini, kami tidak akan membantahnya, tetapi cukuplah kami katakan silahkan baca kitab-kitab HT, apakah pernyataan itu benar adanya atau hanya propaganda. Sungguh sangat disayangkan, jika ada orang yang tak pernah membaca apalagi mengkaji suatu kitab tertentu, tetapi mengatakan bahwa kitab tersebut ngawur dan ditulis oleh orang yang jahil.
Apakah Syeikh Taqiyuddin orang yang jahil? Memang, beliau bukanlah orang yang ma’sum, juga bukan orang yang luput dari salah dan dosa. Tetapi menyatakan beliau adalah orang jahil, itu seperti anak SD yang tak naik kelas, tetapi meremehkan keilmuan seorang profesor. Syeikh Taqiyuddin dan juga syabab HT tidak pernah berdakwah untuk mencari pengakuan, tetapi sekedar informasi saja, bahwa Syeikh Taqiyuddin merupakan Syeikh lulusan Al-Azhar, bahkan baru-baru ini di situs resminya Al-Azhar, beliau disebut sebagai salah satu alumnus yang tergolong sebagai ulama’ul ummah.
Kemudian tentang HT yang selalu mengoreksi pemimpin yang melanggar syariah dan mengkhianati umat, maka ini bukanlah ciri Khowarij. Aktivitas ini merupakan amanah yang dipikul oleh para ulama, dalam sejarah Islam yang panjang. Ulama-ulama seperti Imam Ahmad Bin Hambal, Imam Syafi’i, Imam Ibnu Taimiyah, dan ulama-ulama yang lain, mereka adalah orang yang berada di garda terdepat untuk mengoreksi dan meluruskan pemimpin yang menyimpang dari syariah.
Saat ini, para pemimpin, dalam sistem demokrasi dan sistem kerajaan, bukan hanya menyimpang dari syariah, tetapi secara terang-terangan menentang dan melawan Islam. Maka HT dan para aktivisnya, telah berjanji kepada Allah, untuk berada di garda terdepan untuk meluruskan mereka, dan mengubah tatanan demokrasi dan kerajaan, menjadi Khilafah yang mengikuti jala kenabian. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Khowarij atau bukan. Isu Khowarij, saat ini, sebenarnya hanyalan jualan dari kelompok tertentu untuk menghabisi umat Islam yang sedang memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah di muka bumi ini.
Wallahu a’lam.
Oleh: Ust. Choirul Anam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H