Bukan lagi tangannya yang melingkar padaku. Tubuhnya mulai dia  rapatkan dan aroma yang sudah menjadi candu semakin menjadi candu buatku.
      "Hangat?" tanyanya kembali.
Aku tak menjawab. Semakin kueratkan dekapannya pada tubuhku yang mulai menggigil. Aliran listrik mulai bermunculan seperti kilat. Memberikan hentakan-hentakan pada jantung yang semakin tak karuan detaknya.
      "Jangan menangis," katanya.
Isak mulai bersuara di antara desahan nafasku yang memburu. Entah karena aliran listrik yang mulai meningkat tegangannya atau karena hujan yang semakin menghadirkan gigil yang hebat.
      "Jangan pergi lagi," bisikku pada telinganya.
      "Tidak, aku tidak akan pergi sendiri lagi," jawabnya.
      "Benarkah?" tanyaku lagi.
      "Ya," singkat jawabnya.
Pelukannya semakin erat dengan desahan nafas yang juga mulai memburu jatuh di pucuk telingaku.
      "Ikutlah bersamaku," ucapnya di antara hujan yang mulai deras.