"Udah bisa jalan, 'kan?" Aku malah balik bertanya setelah melihat kakinya sudah bisa berdiri tegak.
Si Kutilangdara menganggukkan kepala sambil tersenyum samar.
"Emang lo mau ngajak ke mana?" Dia menatap sendu membuatku semakin tidak tega melihatnya seperti ini.
"Ke suatu tempat yang aman dan bisa bikin lo tenang. Ikut aja deh. Percaya gue nggak akan macam-macam sama lo," paparku mencoba meyakinkan.
 Dia hening mungkin sedang berpikir sembari terus melangkahkan kaki ke luar gedung.
"Sudah, Mas?" Penjaga langsung menghampiri ketika melihat kami keluar dari gedung.
"Udah nih, Pak. Sudah ketemu," sahutku.
"Kok bisa terkunci di atas atap sih, Mbak?" Penjaga paruh baya itu memandangi si Kutilangdara dengan kening berkerut.
"Tadi terjadi sesuatu, jadinya nggak sengaja terkunci. Tolong jangan bilang siapa-siapa ya, Pak," pintaku kepada penjaga.
Beliau menganggukkan kepala.
"Pak, ada helm yang bisa dipinjam nggak? Besok pagi saya balikin."