Tak lama sepasang tangan melingkar di bawah leherku bersamaan dengan seonggok badan berada tepat di punggung. Aku langsung berdiri ketika tubuh ringannya kini sudah bergelayut di tubuh belakangku. Segera dilangkahkan kaki menuruni anak tangga, meski sebenarnya tungkaiku sedikit sakit karena menaiki tangga sambil berlari tadi.
"Sorry ya jadi ngerepotin lo," bisiknya tepat di telinga membuatku sedikit merinding.
"Hmmm ...." tanggapku. "Rumah lo di mana? Biar gue anterin pulang."
"Gue nggak mau pulang sekarang, takut nanti keluarga lihat kondisi gue sekarang."
Benar juga, tampangnya sekarang kusut sekali.
"Trus lo mau diantar ke mana?"
"Gue di dekat gerbang aja, entar kalau udah stabil baru pulang."
Apa? Meninggalkannya di pinggir jalan? No, jiwa lelakiku memberontak. Tidak ingin meninggalkan perempuan sendirian di sana. Apalagi kondisinya sekarang sedang tidak baik-baik saja.
"Kalau gitu ikut gue. Jangan banyak tanya. Gue nggak akan macam-macam kok sama lo."
"Ke mana?" tanyanya ketika kami sudah berada di lantai dasar.
Aku menurunkannya. Tidak enak juga jika ada yang melihat, bisa salah paham nanti.