"A.. a.. ku. Aku cinta kamu." Tangis Lilian menjadi-jadi dalam lubang yang semakin sempit, ia takut dirinya habis dijepit tanah. Semakin sesak.
"Ahhhhhhhhhhhhh!" Tubuh Ahmad berhasil keluar dari lubang dasar, wajahnya penuh goresan merah, telinganya berdarah.
Spontan Lilian memeluk Ahmad erat, masih di dalam lubang, dan masih di bawah guncangan dahsyat. Sepertinya tinggal mereka berdua yang masih berada dalam lingkungan sekolah, karena tidak lagi terdengar teriakkan histeris.
"Aku disini, Ahmad." Bisik Lilian dengan air mata yang berlinangan, berharap Ahmad bisa tenang, walau asmanya masih kambuh.
"Aku bisa mati, Lil."
"Kamu bisa mati, tapi gak sekarang." Pelukan Lilian semakin erat."Jangan takut, aku disini."
"Kamu jan.. ji, kit..a bis.. bisaa..a sel..a..mat..?" Tanya Ahmad ditengah-tengah asmanya.
"Iya. Kita pasti selamat." Lilian berbisik seraya mencium mata Ahmad. Meski sedikit menyesal, karena Simanis sudah tidak disini.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H