Mohon tunggu...
Audi Jamal
Audi Jamal Mohon Tunggu... -

16 years old captain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peristiwa Sebelum Lilian Berjanji Pada Ahmad

13 Mei 2013   21:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:38 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simanis, aku begitu gemas denganmu, tapi karena ukuran kita begitu jauh berbeda. Ini jadi hal tersulit untuk aku dan kamu saling mengenali, saling mendengar, saling berbicara, apalagi saling bersahabat. Kamu tahu kan aku sedang sendiri? Ini keselaluan. Aku selalu sendiri.


Simanis, semut kecil itu memulai lagi langkahnya, menuju pergelangan tangan Lilian. Mungkin, aku terlalu kecil untuk mencintai makhluk yang sebesar manusia.

Mereka tidak saling mendengar, tidak juga saling melihat. Padahal cinta mulai tumbuh, dan beberapa menit lagi akan mekar. Kisah paling sedih antara semut dan manusia. Bersatu, namun tidak dapat saling berteman. Langkah Simanis tersendat, aroma gula manis itu lenyap, sekarang tujuannya berganti, bukan lagi mencari aroma itu, tapi mencari wajah wanita ini yang sebenarnya, bagaimana rupanya?

Jika sedikit saja aku menyentuhmu, mungkin kamu akan lenyap dari tanganku. Kata Lilian.

Jika sedikit saja aku menyerah, badanku habis kena sentilanmu. Kata Simanis.

Tiba-tiba, langkah Simanis terhenti. Pada saat yang sama,  tempat itu berguncang, sekolah Lilian berguncang hebat, murid-murid dari dalam kelas berhamburan serentak, dahsyat. Lilian bangun dari bangku taman sekolah yang sudah bergetar keras, semua wajah menjelma jadi wujud yang amat panik.

"GEMPA... GEMPA!"

Tidak ada yang berjalan, semuanya berlari. Simanis mengeluarkan energinya keras-keras, ia bertahan pada rambut di kulit Lilian, untung saja bertahan di atas ibu jari kaki seorang paman yang sedang berlari mencari keponakannya sudah menjadi pengalaman, ia jadi merasa percaya diri bahwa tangan wanita ini akan terus menjadi rumahnya. Meski saat ini, semua kemustahilan datang menerobos masuk dalam perasaannya. Simanis mulai tersenyum kegirangan, ia masih jadi semut terhebat, meski wanita ini (Lilian) sedang panik pergi kemana.

Lilian masih berlari, sesekali matanya memandang Simanis yang masih saja bertahan di pergelangan tangannya. Semut kecil itu membuat dirinya kuat, menghindari guncangan dahsyat bernama gempa. Bangunan lantai satu gedung sekolah begitu saja roboh setelah beberapa retakan terdengar, Lilian hampir menangis, hampir. Melihat dinding berdiri yang mulai retak, padahal lima belas menit lalu masih berdiri dengan gagahnya. Tidak tahu lagi dimana harus berlindung.


"Di koridor macet, anak-anak mencoba menerobos gerbang dengan memanjat, karena gerbang sekolah terkunci."


"Siapa yang pegang kunci?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun