Mohon tunggu...
Lazione Budy Poncowirejo
Lazione Budy Poncowirejo Mohon Tunggu... -

Saoirse. Lazio. Chelsea. Chess. Music. Movie.\r\n\r\nthe Wolverine!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Let Me Out

5 September 2012   05:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Let

Me Out< ?xml:namespace prefix = o ns = "urn:schemas-microsoft-com:office:office" />

By:

Lazione Budy

“Kriiing...”

Dering HP yang membangunkan tidur. Ough,cahaya

lampu di

kamarku menyilaukan mata. Dengan masih mengantuk

kucari sumber suara. Masih di dalam tas biru kuliah yang aku letakan di samping tempat tidur. Kulihat di layar, Fanny memanggil…

“Hello...”

“Novel Good Omens yang

kamu sarankan ternyata brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah

dimulai”.

Iya kan, sudah kubilang. Sayang hari ini setelah sidang skripsi kita jalan-jalan ke JB Park yuk

“Oke honey, aku tunggu ya.

Badan ini capek sekali, rasanya lemas. Kuminum air

putih yang selalu kusediakan di meja dekat tempat tidur. Kulihat jam dinding,

pukul 08.40. Hari ini rencananya setelah sidang skripsi, aku mau melamar Fanny, jadi sebaiknya aku bergegas ke

kampus untuk bersiap-siap. Kulihat di kalender, catatan tangan penuh tertuju di

tanggal 4 ini. Kuraba kalender di dinding kamar, melamun sesaat. Hari ini akan

menjadi hari besarku. Kugenggam sepasang cincin yang sudah kusiapkan.

Praaang...”,

terdengar suara piring pecah di ruang dapur, segera aku keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.

“Maaf pak lantainya licin baru

selesai dipel, tidak sengaja aku menjatuhkan piring”

“Oh tidak apa-apa, bereskan ya jangan ada pecahan

piring yang tertinggal”

“Baik pak

Setelah cuci muka dan gosok gigi, kuambil tas biruku

dan kuraih cincin yang di meja untuk segera berangkat kuliah. Di ruang tengah

ada tukang yang sedang mengecat dinding, oh iya hari ini

dimulai renovasi rumah, hampir saja aku lupa. Kuraih koran kota hari ini, sebuah headline tentang korupsi pejabat

negara masih saja mewarnai, nanti kubaca di perjalanan saja.Setelah kuambil kunci mobil segera saja kubuka pintu depan menuju

garasi. Kutarik ganggang

pintunya hingga terbuka lebar, sampai ada cahaya putih

yang menyilaukan mata menempa mataku. Aku tak sadarkan diri.

***

“Kriiing...”

Dering HP yang membangunkan tidur.Ough, cahaya

kamar menyilaukan pandangan. Hah, di mana aku? Apa yang

terjadi? Bukankah aku baru saja keluar rumah? Aku masih bingung, kupulihkan kesadaran,

dering HP masih terdengar. Fanny memanggil…

Dengan tangan gemetar kupencet tombol hijau, terdengar

suara pacarku di seberang.

“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata

brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah

dimulai”

Aku diam, memikirkan sesuatu. Apa yang terjadi? Sunyi

beberapa detik. Cemas.

“Hello sayang, kamu

masih di sana?”

Kukumpulkan kekuatan untuk menjawab.

“Fanny?!”

“Iya”

“Bukankah tadi kamu sudah menelponku, memberi kabar

bahwa novel Good Omens brilian?”

Hah, kapan? Aku baru sampai

kampus, langsung kutelpon kamu sambil nunggu kuliah dimulai.”

“Bukan, maksudku beberapa menit yang lalu.”

Ah belum sayang, hari ini aku baru telpon sekali ini. Eh kuliah mau mulai, aku masuk dulu ya”

Tunggu...”

Tut tut tut,

telepon telah ditutup.

Kulihat jam dinding 08.40

kuperhatikan kalender hari ini tertanggal 4. Oh tadi

mungkin hanya mimpi.

Praaang...”,

suara piring jatuh terdengar dari ruang dapur. Hah, aku terkejut. Ini seperti mimpi yang hadir di dunia nyata. Kuperhatikan

pembantu sedang membereskan pecahan piring.

“Maaf pak lantainya licin baru selesai dipel, tidak

sengaja Aku menjatuhkan piring”

Aku hanya diam, ada apa ini? Lalu segera ke ruang

tengah, seorang tukang sedang mengecat dinding.

“Pak bukannya tadi bapak sudah mengecat yang sebelah

sudut timur kenapa diulang lagi?”

Belum pak, ini baru dimulai”

Aku heran, tadi mungkin beneran mimpi. Segera kuberangkat

kuliah, kuraih koran kota hari ini, tas kuliah, cincin lamaran, dan kunci

mobil, segera ke kampus. Kubuka pintu depan, cahaya putih itu kembali menimpa

mataku. Aku tak sadarkan diri.

***

“Kriiing...”

Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan

pandangan. Sekali lagi aku di kamar tidur dengan bingung. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil..

“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata

brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah

dimulai” terdengar suara Fanny di seberang.

Panggilan langsung ku tutup lagi. Kucoba telaah apa

yang terjadi.

Semuanya terasa berulang dimulai dari dering telpon

dan ditutup dengan pintu terbuka. Ada apa ini? Kucubit tangan kananku, augh..

sakit. Ini bukan mimpi.

Praaang...”,

piring pecah yang terdengar familiar, aku keluar kamar kuambil kaca mata hitamku, mungkin cahaya putih yang

menimpa mataku-lah yang membuat ini berulang. Kubuka pintu rumah, cahaya putih

itu tetap menyilaukan. Aku tak sadarkan diri.

***

“Kriiing...”

Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan

pandangan. Sekali lagi aku di kamar tidur dengan cemas. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil..

“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata

brillian, Aku baru...”

“Fanny sayang, ada yang tidak

beres dengan hari ini”

“Hhhmmm…, ada apa sayang?”

“Aku terbangun dari tidur menerima telpon darimu dan

segalanya berjalan berulang sampai aku buka pintu

rumah untuk keluar ada cahaya putih yang menyilaukan mata kemudian aku tiba-tiba kembali terbangun di kamar lagi”

“Kamu bicara apa sih?”

Dengar ya ini bukan mimpi, aku tersadar dan aku bingung dengan ini semua”

Sayang kamu lagi

sakit? Apa aku perlu ke rumahmu sekarang?”

“Tidak,jangan. Sebaiknya kamu lanjut kuliah”

Oke, jadi semua ini berputar. Mungkin dengan cara ini aku harus

mengakhirinya.

Praaang...”,

piring pecah itu kuhiraukan.

Permintaan maaf pembantu tak kutanggapi. Kuambil kapak di gudang belakang.

Kubawa ke ruang depan, dengan kekuatan penuh kuhancurkan pintu tersebut. Aku kapak dengan membabi buta, butuh beberapa menit untuk hancur. Teriakan

ketakutan tukang cat di belakangku tak menghalangiku untuk menghancurkan pintu, sampai ketika akhirnya pintu berlubang dan cahaya

putih itu menimpa mataku. Aku tak sadarkan diri.

***

“Kriiing...”

Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan

pandangan. Sekali lagi aku di kamar tidur dengan takut. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil..

Tubuhku menggigil kedinginan. Cemas, panik, tak tahu

harus berbuat apa. Hari ini aku sidang skripsi jadi aku harus segera ke kampus mau tak mau. Kucoba bebagai cara untuk keluar

rumah. Lewat pintu belakang, tetap saja berakhir di kamar

ini.Kucoba menutup mata sampai di garasi namun seketika kubuka mata ini aku kembali berbaring di kamar dengan suara dering HP. Sampai akhirnya aku menyerah untuk kesekian kalinya.

***

“Kriiing...”

Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan

pandangan. Sekali lagi Aku di kamar tidur dengan perasaan cemas, kini Aku

pasrah. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil…

Dengan air mata meleleh, kubawa HP ke ruang tengah, kupegang ganggang

pintu,

lalu tangan yang satu lagi kupakai buat menjawab

telpon.

“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata

brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah

dimulai”

“Fanny, aku tidak tahu apakah nanti kita bisa bertemu lagi, aku hanya mau bilang betapa aku mencintaimu.”

“Aku juga sangat mencintaimu, kamu kenapa sepertinya sedang menangis?”

“Maukah kamu menjadi istriku?”, terbayang cincin lamaranku yang masih di kamar.

“Ya aku bersedia, tapi bukankah kita

sudah sepakat untuk bertatap muka jika kita membicarakan sesuatu yang penting?

Kurasa momen ini sangat penting jika dibicarakan lewat telepon, jadi sebaiknya

kita bertemu di kampus siang ini setelah kamu sidang skripsi”

Itu adalah rencana kita, tapi

apakah nanti kita masih bisa bertemu? Aku tidak tahu, aku hanya mau bilang betapa aku mencintaimu

dan aku ingin hidup bahagia selamanya denganmu”

Kita pasti bertemu, aku juga mencintaimu”

Kututup telepon, kupejamkan

mata ini, kuputar ganggang pintu. Pintu terbuka, dengan kepasrahan hati perlahan kubuka mata.

Rasa

ikhlas itu kini membuncah, aku tetap di

teras rumah. Kulihat sekeliling, tak ada yang ganjil. Segera kutahan pintu

dengan balok agar tetap terbuka, dan segala barang yang kuperlukan untuk ke

kampus kuambil dengan ketergesaan. Hanya dalam hitungan menit, aku sudah di mobil dalam perjalanan ke kampus. Hati ini lega, aku tidak

kembali di kamar. Iseng kubuka koran yang kubawa tadi, sambil menyetir

kubaca berita hari ini di halaman depan.

Tentang korupsi, tentang berita perceraian selebriti, update berita bola dan kutemukan berita musibah kecelakaan di

sudut kiri bawah dengan judul:

Kecelakaan Maut Menewaskan Semua Penumpang

Koran

Kota (04/11) -- Sebuah kecelakaan maut terjadi kemarin pagi di kota JB,

kecelakaan terjadi di perempatan jalan JB karena supir bus mengantuk dan

melanggar lampu merah. Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang,

termasuk penumpang yang ada di sebuah mobil yang ditabrak bus...

Berita terputus karena lanjut ke halaman 9.

Hufh, hari gini masih melanggar lalu lintas. Harusnya

malu! Kasihan semua penumpang itu, batinku. Tak terasa

perjalanan hampir sampai kampus. Di peremapatan JB lampu menyala merah,

kuhentikan mobilku.

Kriiing...”

Terdengar dering HP berbunyi.

Kuraih tas biru-ku yang ada di kursi belakang. Kulihat di layar, Fanny memanggil…

Belum

sempat kutekan tombol hijau untuk menjawab, tiba-tiba sebuah bus dengan

kecepatan tinggi dari arah berlawanan melaju ke arahku, cahaya putih lampu

depannya menyilaukan mata, sebelum sadar apa yang terjadi bus tersebut

menghantam mobil. Crash! Kecelakaan tak terhindarkan.

Hiruk

pikuk lalu lintas terhenti, dan dering HP itu masih terdengar.

Kriiing...”

Sempat

dicetak di kumpulan cerpen: ‘Antologi Orange’ published by ngerumpi.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun