“Sayang kamu lagi
sakit? Apa aku perlu ke rumahmu sekarang?”
“Tidak,jangan. Sebaiknya kamu lanjut kuliah”
Oke, jadi semua ini berputar. Mungkin dengan cara ini aku harus
mengakhirinya.
“Praaang...”,
piring pecah itu kuhiraukan.
Permintaan maaf pembantu tak kutanggapi. Kuambil kapak di gudang belakang.
Kubawa ke ruang depan, dengan kekuatan penuh kuhancurkan pintu tersebut. Aku kapak dengan membabi buta, butuh beberapa menit untuk hancur. Teriakan
ketakutan tukang cat di belakangku tak menghalangiku untuk menghancurkan pintu, sampai ketika akhirnya pintu berlubang dan cahaya
putih itu menimpa mataku. Aku tak sadarkan diri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!