Let
Me Out< ?xml:namespace prefix = o ns = "urn:schemas-microsoft-com:office:office" />
By:
Lazione Budy
“Kriiing...”
Dering HP yang membangunkan tidur. Ough,cahaya
lampu di
kamarku menyilaukan mata. Dengan masih mengantuk
kucari sumber suara. Masih di dalam tas biru kuliah yang aku letakan di samping tempat tidur. Kulihat di layar, Fanny memanggil…
“Hello...”
“Novel Good Omens yang
kamu sarankan ternyata brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah
dimulai”.
“Iya kan, sudah kubilang. Sayang hari ini setelah sidang skripsi kita jalan-jalan ke JB Park yuk”
“Oke honey, aku tunggu ya.”
Badan ini capek sekali, rasanya lemas. Kuminum air
putih yang selalu kusediakan di meja dekat tempat tidur. Kulihat jam dinding,
pukul 08.40. Hari ini rencananya setelah sidang skripsi, aku mau melamar Fanny, jadi sebaiknya aku bergegas ke
kampus untuk bersiap-siap. Kulihat di kalender, catatan tangan penuh tertuju di
tanggal 4 ini. Kuraba kalender di dinding kamar, melamun sesaat. Hari ini akan
menjadi hari besarku. Kugenggam sepasang cincin yang sudah kusiapkan.
“Praaang...”,
terdengar suara piring pecah di ruang dapur, segera aku keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.
“Maaf pak lantainya licin baru
selesai dipel, tidak sengaja aku menjatuhkan piring”
“Oh tidak apa-apa, bereskan ya jangan ada pecahan
piring yang tertinggal”
“Baik pak”
Setelah cuci muka dan gosok gigi, kuambil tas biruku
dan kuraih cincin yang di meja untuk segera berangkat kuliah. Di ruang tengah
ada tukang yang sedang mengecat dinding, oh iya hari ini
dimulai renovasi rumah, hampir saja aku lupa. Kuraih koran kota hari ini, sebuah headline tentang korupsi pejabat
negara masih saja mewarnai, nanti kubaca di perjalanan saja.Setelah kuambil kunci mobil segera saja kubuka pintu depan menuju
garasi. Kutarik ganggang
pintunya hingga terbuka lebar, sampai ada cahaya putih
yang menyilaukan mata menempa mataku. Aku tak sadarkan diri.
***
“Kriiing...”
Dering HP yang membangunkan tidur.Ough, cahaya
kamar menyilaukan pandangan. Hah, di mana aku? Apa yang
terjadi? Bukankah aku baru saja keluar rumah? Aku masih bingung, kupulihkan kesadaran,
dering HP masih terdengar. Fanny memanggil…
Dengan tangan gemetar kupencet tombol hijau, terdengar
suara pacarku di seberang.
“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata
brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah
dimulai”
Aku diam, memikirkan sesuatu. Apa yang terjadi? Sunyi
beberapa detik. Cemas.
“Hello sayang, kamu
masih di sana?”
Kukumpulkan kekuatan untuk menjawab.
“Fanny?!”
“Iya”
“Bukankah tadi kamu sudah menelponku, memberi kabar
bahwa novel Good Omens brilian?”
“Hah, kapan? Aku baru sampai
kampus, langsung kutelpon kamu sambil nunggu kuliah dimulai.”
“Bukan, maksudku beberapa menit yang lalu.”
“Ah belum sayang, hari ini aku baru telpon sekali ini. Eh kuliah mau mulai, aku masuk dulu ya”
“Tunggu...”
Tut tut tut,
telepon telah ditutup.
Kulihat jam dinding 08.40
kuperhatikan kalender hari ini tertanggal 4. Oh tadi
mungkin hanya mimpi.
“Praaang...”,
suara piring jatuh terdengar dari ruang dapur. Hah, aku terkejut. Ini seperti mimpi yang hadir di dunia nyata. Kuperhatikan
pembantu sedang membereskan pecahan piring.
“Maaf pak lantainya licin baru selesai dipel, tidak
sengaja Aku menjatuhkan piring”
Aku hanya diam, ada apa ini? Lalu segera ke ruang
tengah, seorang tukang sedang mengecat dinding.
“Pak bukannya tadi bapak sudah mengecat yang sebelah
sudut timur kenapa diulang lagi?”
“Belum pak, ini baru dimulai”
Aku heran, tadi mungkin beneran mimpi. Segera kuberangkat
kuliah, kuraih koran kota hari ini, tas kuliah, cincin lamaran, dan kunci
mobil, segera ke kampus. Kubuka pintu depan, cahaya putih itu kembali menimpa
mataku. Aku tak sadarkan diri.
***
“Kriiing...”
Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan
pandangan. Sekali lagi aku di kamar tidur dengan bingung. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil..
“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata
brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah
dimulai” terdengar suara Fanny di seberang.
Panggilan langsung ku tutup lagi. Kucoba telaah apa
yang terjadi.
Semuanya terasa berulang dimulai dari dering telpon
dan ditutup dengan pintu terbuka. Ada apa ini? Kucubit tangan kananku, augh..
sakit. Ini bukan mimpi.
“Praaang...”,
piring pecah yang terdengar familiar, aku keluar kamar kuambil kaca mata hitamku, mungkin cahaya putih yang
menimpa mataku-lah yang membuat ini berulang. Kubuka pintu rumah, cahaya putih
itu tetap menyilaukan. Aku tak sadarkan diri.
***
“Kriiing...”
Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan
pandangan. Sekali lagi aku di kamar tidur dengan cemas. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil..
“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata
brillian, Aku baru...”
“Fanny sayang, ada yang tidak
beres dengan hari ini”
“Hhhmmm…, ada apa sayang?”
“Aku terbangun dari tidur menerima telpon darimu dan
segalanya berjalan berulang sampai aku buka pintu
rumah untuk keluar ada cahaya putih yang menyilaukan mata kemudian aku tiba-tiba kembali terbangun di kamar lagi”
“Kamu bicara apa sih?”
“Dengar ya ini bukan mimpi, aku tersadar dan aku bingung dengan ini semua”
“Sayang kamu lagi
sakit? Apa aku perlu ke rumahmu sekarang?”
“Tidak,jangan. Sebaiknya kamu lanjut kuliah”
Oke, jadi semua ini berputar. Mungkin dengan cara ini aku harus
mengakhirinya.
“Praaang...”,
piring pecah itu kuhiraukan.
Permintaan maaf pembantu tak kutanggapi. Kuambil kapak di gudang belakang.
Kubawa ke ruang depan, dengan kekuatan penuh kuhancurkan pintu tersebut. Aku kapak dengan membabi buta, butuh beberapa menit untuk hancur. Teriakan
ketakutan tukang cat di belakangku tak menghalangiku untuk menghancurkan pintu, sampai ketika akhirnya pintu berlubang dan cahaya
putih itu menimpa mataku. Aku tak sadarkan diri.
***
“Kriiing...”
Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan
pandangan. Sekali lagi aku di kamar tidur dengan takut. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil..
Tubuhku menggigil kedinginan. Cemas, panik, tak tahu
harus berbuat apa. Hari ini aku sidang skripsi jadi aku harus segera ke kampus mau tak mau. Kucoba bebagai cara untuk keluar
rumah. Lewat pintu belakang, tetap saja berakhir di kamar
ini.Kucoba menutup mata sampai di garasi namun seketika kubuka mata ini aku kembali berbaring di kamar dengan suara dering HP. Sampai akhirnya aku menyerah untuk kesekian kalinya.
***
“Kriiing...”
Dering HP yang membangunkan tidur. Ough, cahaya kamar menyilaukan
pandangan. Sekali lagi Aku di kamar tidur dengan perasaan cemas, kini Aku
pasrah. Kuraih HP dalam tas, Fanny memanggil…
Dengan air mata meleleh, kubawa HP ke ruang tengah, kupegang ganggang
pintu,
lalu tangan yang satu lagi kupakai buat menjawab
telpon.
“Novel Good Omens yang kamu sarankan ternyata
brillian, aku baru selesai membacanya dan sekarang lagi di kampus menunggu kuliah
dimulai”
“Fanny, aku tidak tahu apakah nanti kita bisa bertemu lagi, aku hanya mau bilang betapa aku mencintaimu.”
“Aku juga sangat mencintaimu, kamu kenapa sepertinya sedang menangis?”
“Maukah kamu menjadi istriku?”, terbayang cincin lamaranku yang masih di kamar.
“Ya aku bersedia, tapi bukankah kita
sudah sepakat untuk bertatap muka jika kita membicarakan sesuatu yang penting?
Kurasa momen ini sangat penting jika dibicarakan lewat telepon, jadi sebaiknya
kita bertemu di kampus siang ini setelah kamu sidang skripsi”
“Itu adalah rencana kita, tapi
apakah nanti kita masih bisa bertemu? Aku tidak tahu, aku hanya mau bilang betapa aku mencintaimu
dan aku ingin hidup bahagia selamanya denganmu”
“Kita pasti bertemu, aku juga mencintaimu”
Kututup telepon, kupejamkan
mata ini, kuputar ganggang pintu. Pintu terbuka, dengan kepasrahan hati perlahan kubuka mata.
Rasa
ikhlas itu kini membuncah, aku tetap di
teras rumah. Kulihat sekeliling, tak ada yang ganjil. Segera kutahan pintu
dengan balok agar tetap terbuka, dan segala barang yang kuperlukan untuk ke
kampus kuambil dengan ketergesaan. Hanya dalam hitungan menit, aku sudah di mobil dalam perjalanan ke kampus. Hati ini lega, aku tidak
kembali di kamar. Iseng kubuka koran yang kubawa tadi, sambil menyetir
kubaca berita hari ini di halaman depan.
Tentang korupsi, tentang berita perceraian selebriti, update berita bola dan kutemukan berita musibah kecelakaan di
sudut kiri bawah dengan judul:
Kecelakaan Maut Menewaskan Semua Penumpang
Koran
Kota (04/11) -- Sebuah kecelakaan maut terjadi kemarin pagi di kota JB,
kecelakaan terjadi di perempatan jalan JB karena supir bus mengantuk dan
melanggar lampu merah. Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang,
termasuk penumpang yang ada di sebuah mobil yang ditabrak bus...
Berita terputus karena lanjut ke halaman 9.
Hufh, hari gini masih melanggar lalu lintas. Harusnya
malu! Kasihan semua penumpang itu, batinku. Tak terasa
perjalanan hampir sampai kampus. Di peremapatan JB lampu menyala merah,
kuhentikan mobilku.
“Kriiing...”
Terdengar dering HP berbunyi.
Kuraih tas biru-ku yang ada di kursi belakang. Kulihat di layar, Fanny memanggil…
Belum
sempat kutekan tombol hijau untuk menjawab, tiba-tiba sebuah bus dengan
kecepatan tinggi dari arah berlawanan melaju ke arahku, cahaya putih lampu
depannya menyilaukan mata, sebelum sadar apa yang terjadi bus tersebut
menghantam mobil. Crash! Kecelakaan tak terhindarkan.
Hiruk
pikuk lalu lintas terhenti, dan dering HP itu masih terdengar.
“Kriiing...”
Sempat
dicetak di kumpulan cerpen: ‘Antologi Orange’ published by ngerumpi.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H