"Iya. Silvi jatuh cinta sama Ayah."
Syaraf-syaraf Tiwi menegang. Kelenjar air matanya siap berproduksi. Ketika bulir air mata jatuh...
"Tapi bohong! Bunda kena prank! Selamat ulang tahun, Bundaaa!"
Tetiba Silvi melompat berdiri. Tangannya terangkat, bertoast dengan Calvin. Sontak Tiwi menyapu air mata.
"B-Bunda ulang tahun?" Tiwi tergagap. Tak sadar telah melupakan ulang tahunnya.
"Iya, sweetheart. Ulang tahunmu bertepatan dengan hari raya. Selamat ulang tahun, belahan jiwaku."
Dengan kata-kata itu, Calvin bangkit dan memberi Tiwi pelukan untuk kali kedua. Silvi minta ikut dipeluk. Ia pun menyeruak ke tengah-tengah Ayah-Bundanya.
** Â Â
Siku saling sentuh satu sama lain. Tiga tubuh berbeda rupa dan tipikal wajah itu berdekatan. Silvi di tengah, Calvin dan Tiwi di kanan-kiri. Meja makan menyatukan tiga menu: Indonesia, Barat, dan Oriental. Tiga selera, tiga hati, dan satu cinta. Lihatlah Calvin memanjakan keluarga kecilnya. Ia menyuapkan potongan ayam dan daging untuk Silvi dan Tiwi. Bergetar hati Silvi menangkap betapa lembut tatapan mata Ayahnya.
"Ini yang kutunggu," katanya dengan wajah merona bahagia.
"Hanya ada aku, Bunda, dan Ayah. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita."