Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Diplomasi Makan Siang

16 April 2020   06:00 Diperbarui: 16 April 2020   06:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah Calvin menerka rasa roti yang diberikan Bunda Manda sebagai bekal. Strawberry? Nanas? Nutella? Krim? Atau moka? Kini Ayah Calvin hafal rasa-rasa manis kesukaan anaknya.

Tiga menit berselang, didengarnya Silvi berpamitan. Bocah cantik itu berjalan meninggalkan rumah. Ah, Silvi sudah pergi. Mengapa terasa berat di sini? Sekolah Silvi lumayan jauh dari rumah. Kalau ditempuh jalan kaki, mungkin baru nanti sore dia sampai. Naik sepeda masih okelah. Namun, pagi ini Silvi akan mengandalkan bus sekolah.

Benarkah bus sekolah aman untuk Silvi?

Tengah sibuk mencemaskan putrinya, Ayah Calvin disadarkan oleh derap langkah ringan. Kian dekat, kian dekat, kian dekat. Disusul derit pintu. Bunda Manda memasuki kamar.

Wanita 32 tahun itu masuk tepat ketika Ayah Calvin memejamkan mata. Berpura-pura tidur, Ayah Calvin menanti apa yang hendak dilakukan istrinya. Berspekulasi atas kemungkinan terpahit.

Betapa kelirunya dia.

Tak ada hawa konfrontasi. Tak ada niat mengajak bertengkar. Alih-alih sikap negatif, Bunda Manda justru menyelimuti Ayah Calvin. Menyelipkan ujung-ujung kain tebal itu ke sisi tubuh. Sendu terpancar di mata kala memandangi wajah pucat Ayah Calvin.

"Kamu belum sembuh." Bunda Manda berbisik sedih.

Aku ingin engkau ada di sini

Menemaniku saat sepi

Menemaniku saat gundah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun