"Ayo aku antar pulang. Sekalian aku mau ketemu Silvi."
Ajakan Barki menghentakkan tirai lamunannya. Wanita itu menurut saat Barki menggandengnya ke mobil. Nanda bergegas menjajari mereka. Katanya, ia tak membawa mobil ke pemakaman. Ternyata Nanda naik kereta. Dengarlah, betapa berbedanya gaya hidup dua bersaudara ini.
"Kamu yang nyetir." Barki melempar kunci mobil pada adiknya. Refleks Nanda menangkapnya. Secara halus, Nanda berhasil membujuk Bunda Manda duduk di depan. Manda dan Nanda, bukankah serasi?
Alunan lagu yang terputar di radio mobil sukses mengejek Bunda Manda. Bayangan wajah Ayah Calvin terus menari di pelupuk mata. Dikerjapkannya mata, berusaha mengusir bayangan itu. Nihil. Pandangan mata Bunda Manda bergeser ke wajah Nanda yang berkonsentrasi mengemudi.
Di saat ini aku menyendiri
Ditemani rasa kebencianku
Padamu yang pernah aku cinta
Begitu besarnya sesalku padamu
Tak mungkin terhapus walaupun kau pinta
Karena pernah kau anggap
'Ku manusia yang hina