Sebuah suara barithon menegurnya lembut. Silvi menengadah. Mata birunya mengerjap bingung mendapati Jose Gabriel, ketua kelas bermata sipit dan bertubuh paling tinggi di antara teman-teman seangkatan, berdiri menjulang di depannya.
"Nggak apa-apa kok," jawab Silvi datar.
Jose menggeleng tak percaya. Ia melesat ke samping Silvi, lalu duduk di bangku yang kosong. Anak cantik itu tak punya teman sebangku.
"Kamu mau ngapain aja pas Imlek nanti?" tanya Jose.
"Aku ingin merayakan Imlek bersama Ayah. Tapi nggak dibolehin sama Papa."
Kening Jose berkerut mendengar jawaban Silvi. Ia tak mengerti.
"Papa kamu ada dua?" terkanya.
Silvi mengangguk. Makin dalam kernyitan kening Jose.
"Kok bisa?"
"Ayah Calvin ayah angkatku, Papa Antonius papa kandungku. Papa Antonius nggak suka sama Ayah Calvin. Papa larang aku merayakan Imlek bersama Ayah. Papa jahat!" Silvi meninggikan nada suaranya di ujung kalimat.
Sesaat Jose termenung. Ia menatap sedih wajah Silvi. Bocah tampan itu bisa merasakan kesedihan temannya. Bayangkan bila dirinya tidak bisa merayakan Imlek bersama keluarga, pasti sedih sekali.