"Terima kasih, Jose." Silvi bergumam lirih.
"Lho, kok kamu malah nangis? Aku salah ya?" Jose cemas, jemarinya menyapu air mata Silvi.
Silvi menggeleng. "Nggak kok, aku senang kamu nyanyi dan main piano. Aku jadi kangen Ayah. Ayah Calvin sering lakuin itu buat aku."
"Ayah di sini, Sayang."
Mendengar suara yang dirindukannya, Silvi menoleh. Ayah Calvin memeluknya dari belakang. Ia kecup kening Silvi. Sontak Silvi membalas pelukan Ayah Calvin. Jose tersenyum melihat adegan itu.
"Ayah...kenapa Ayah datang ke sini? Ini, kan, masih jam istirahat." Ujar Silvi tak percaya.
Ayah Calvin membelai rambut Silvi, lalu menjawab.
"Ayah ingin bertemu kamu, Sayang. Ini kesempatan Ayah ketemu kamu. Pulang sekolah kamu akan dijemput Papa Anton."
Silvi menggigit bibir bawahnya. Ah, Papa Antonius lagi. Menyebalkan. Papa beralis tebal itu sering merusak pertemuannya dengan Ayah Calvin.
"Ayah juga mau memberikan ini untuk Silvi." Ayah Calvin menyodorkan kotak makanan berwarna merah.
"Ini apa, Ayah?"