Kami sampai di sebuah villa putih. Eurekka, aku tahu kami dimana! Kami di salah satu rumah peristirahatan milik Ayah. Pastilah Ayah ingin merayakan ulang tahunnya di sini.
Ulang tahun? Mataku membuka lebar. Sekarang sudah tanggal 9 Desember. Lembut kuraih tangan Ayah. Kuciumi tangan berhias cincin itu penuh sayang.
"Selamat ulang tahun, Ayah."
Ayah tersenyum menawan. Ia memelukku erat. Kami berpelukan erat disaksikan ribuan malaikat, berjuta bintang, dan senyum lesu bulan.
"Sayang ya, Ayah harus ulang tahun dalam keadaan sakit." Keluhku.
"Sakit itu tanda cinta Tuhan, Sayangku. Lagi pula Ayah masih di sini, kan? Ayah, kan, belahan jiwanya Silvi." Ujar Ayah lembut.
Sejurus kemudian, Ayah mencium keningku. Kehangatan menjalari sekujur tubuh saat Ayah menyentuh keningku dengan bibirnya. Tapi, kenapa bekas sentuhan bibir Ayah terasa basah? Kuraba keningku. Aku terbelalak saat melihat tanganku memerah.
** Â Â
-Fragmen si kembar
Di sini kau dan aku
Terbiasa bersama