Prang!
Dalam ketergesaanku, tak sengaja aku menabrak vas bunga di samping meja Suster Kepala. Benda cantik itu hancur. Serpihannya berserakan di lantai.
Aku menahan napas. Mata Suster Kepala menyala dalam amarah. Frater Gabriel menatapku datar. Suster Mariana mendelik.
"Maaf, Suster. Maaf..."
"Silvi Gabriella Tendean," potong Suster Kepala. Nada suaranya penuh bahaya.
"Kamu tahu itu hadiah vas bunga dari siapa?"
Aku menggeleng takut. Tangan Suster Kepala mengepal erat.
"Vas bunga itu pemberian Bapa Uskup!"
"Suster Kepala, biar saya ganti ya. Berapa harganya? Dimana saya bisa membelinya?" tawarku lembut.
"Bukan masalah vasnya! Tapi, masalah pemberinya!" Suster Kepala menggebrak meja.
Aku gemetar ketakutan. Semarah itu Suster Kepala hanya karena aku menghancurkan vas pemberian Bapa Uskup.