"I'm good," jawab Calvin.
"Jangan sembunyikan apa-apa di balik ketenanganmu."
"Siapa yang bersembunyi?"
"Kamu lelah, Calvin. Kamu ..."
Kata-katanya terputus. Dua pasang mata sipit milik si kembar tertuju ke arah perempuan cantik yang baru tiba. Perempuan berambut panjang itu tampil anggun sekali. Selendang tenun khas Lombok terlilit cantik di atas pakaiannya.
"Astaga..."
"Ya, Tuhan, Alea?"
Dada Calvin berdesir. Tak lama, desiran itu berubah menjadi sesak. Bukan karena penyakitnya, melainkan karena terhempas lautan kenangan.
"Sana, datangi dia." Adica mendorong pelan bahunya.
"Nope. Aku sudah tidak punya harapan. Dia hanya cinta yang tak bisa kuraih. Belasan tahun lalu, Alea sudah mendapatkan pria yang jauh lebih sehat dariku."
Cahaya mentari memudar perlahan. Adica membawa Calvin ke karpet di dekat panggung utama. Silvi dan Asyifa mengikuti. Mereka duduk bersisian. Tanpa diduga, wanita cantik bernama Alea menghampiri mereka. Tepat ketika Calvin dan Asyifa akan mengurusi kuku jari tangan Silvi.