Aneh, kenapa Frater Gabriel nampak bingung? Masa sih, dia seperti orang kena Mantra Confundus atau Jampi Memori di serial Harpot? Ah, entahlah. Aku tak sempat menjelaskan. Seorang kakak kelas menggiringku ke lapangan.
LKO dimulai. Pertama kami disuruh baris berbaris. Kami di-brieffing panitia selama sepuluh menit. Lalu, kami dibagi dalam lima kelompok. Aku sekelompok dengan si kembar Rossa dan Yasmin. Mereka dari kelas X MIA 3, persis di samping kelasku.
"Hai, Silvi. Seneng deh sekelompok sama kamu." Rossa menyapa dengan penuh semangat.
Tuluskah ucapannya? Mana kutahu. Aku hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Bisa saja si kembar setinggi tiang listrik ini hanya bermanis-manis padaku, seperti rerata temanku yang lain.
Datanglah kakak-kakak alumni OSIS. Mereka bergiliran memberikan materi tentang keorganisasian. Kuduga momen LKO menjadi ajang temu kangen bagi mereka. Sepanjang sesi pematerian, Rossa dan Yasmin duduk di kanan-kiriku.
Kegiatan serasa lambat dan terstruktur. Pematerian, games, tes fisik, baris berbaris, pematerian lagi, dan seterusnya. Kami dilarang bermain smartphone. Saat makan siang tiba, kami diharuskan menghabiskan makanan dalam waktu lima menit.
"Sekarang...buka bekal kalian!" perintah Frater Gabriel.
Kubuka kotak bekal. Aroma beef teriyaki menguar. Aku terpana. Ayah mencetak nasi membentuk dua panda imut. Daun selada terhampar sebagai alas kotak. Potongan wortel, tomat, paprika, dan sosis berbentuk bintang.
"Wah, bentonya lucu. Siapa yang bikin? Ibu kamu ya?" ceplos Rossa.
Aku tertawa tertahan. Andai saja dia tahu, aku tak punya ibu. Tapi, Allah menggantinya dengan Ayah yang rupawan dan serba bisa.
"Kalian hanya punya waktu lima menit. Mulai dari...sekarang!"