Kubuka buku mungil berisi rundown acara. "Jam dua belas siang dan jam setengah enam sore, Ayah."
"Ok. Nanti Ayah telpon ya."
Aku membalas ucapannya dengan senyum manis. Entah mengapa, aku tidak sabar menunggu jam-jam itu tiba.
Sepersekian detik Ayah masih berdiri di depanku. Rupanya kami sama-sama berat untuk berpisah. Ayah mencium keningku hangat.
"Good luck, Dear." bisiknya.
Peserta LKO yang mulai berdatangan menatap kami iri. Di antara mereka, akulah peserta LKO yang paling mesra bersama orang tua. Belum lagi, Ayahku sangat tampan. Pantas saja mereka ingin merebut posisiku.
Aku membalikkan badan. Langkahku berat memasuki gerbang. Kumantapkan hati, kusiapkan mental. Ini pilihanku, dan tinggal selangkah lagi aku bisa mengenakan lencana OSIS keemasan di dadaku.
Kujumpai Frater Gabriel. Sejuk perasaanku melihat senyuman ramahnya.
"Frater, makasih ya e-mailnya." tukasku.
Sebelah alis Frater Gabriel terangkat. "E-mail?"
"Iya. Semua e-mail yang Frater balas ke akun saya."