"Ya, Allah, jagalah Ayahku. Angkatlah rasa sakitnya, lindungilah ia dari segala marabahaya." doaku dalam hati.
Bukannya mendoakan kelancaran LKO, aku malah mendoakan Ayah. Kekhawatiran merobek dadaku. Bagaimana kalau Ayah ngedrop lagi saat tak ada siapa-siapa? Mana Sonia sering izin belakangan ini. Aduh, aku khawatir.
"Tadi kamu berdoa apa?" tanya Ayah kepo.
"Aku doain Ayah. Biar Tuhan jaga Ayah selama aku pergi." jawabku jujur.
Ayah mengusap lembut rambutku yang terkuncir rapi. Kulihat pancaran haru di matanya.
Kenapa terasa berat begini? Aku berat meninggalkan Ayah sendirian. Bayang-bayang pikiran negatif bergumul di kepalaku.
"Kenapa, Silvi?"
"Aku nggak bisa tinggalin Ayah sendiri. Aku takut Ayah sakit, aku takut Ayah kenapa-napa."
Ekspresi ganjil menyapu wajah Ayah. Sepertinya aku salah bicara.
"Berhenti berpikiran negatif, Sayangku. Kamu mau Ayah beneran sakit?" tegur Ayah halus.
Aku menggeleng kuat-kuat. Bibirku terkatup rapat.