Opus 5
Berat Meninggalkanmu Sendiri
-Fragmen Silvi
"Apa lagi ya? Baju olahraga, sabun, shampoo, sajadah, botol air, senter, lilin, jas hujan..."
Aku meraba-raba ransel besarku. Mengabsen barang demi barang yang telah kujejalkan ke dalamnya. Di samping ransel, tas lain yang berukuran lebih kecil menggembung penuh isi.
"Kurang dua, Sayang." timpal Ayah.
Kutolehkan kepala. Ayah berlutut di belakangku. Ia menguncirkan rambutku. Hatiku menghangat. Sudah lamaaaa sekali aku tidak dikuncirkan oleh Ayah ataupun Papa.
"Dan jangan lupa berdoa sebelum berangkat."
Aku mengangguk setuju. Kuakui, Ayah lebih religius dari Papa. Sebagian besar waktu Papa habis untuk urusan dunia. Sedangkan Ayah lebih banyak berkontemplasi, refleksi, dan rekoleksi.
Kupejamkan mata. Kurasakan tangan hangat Ayah menggenggam jemariku. Oh my God, kenapa tangan Ayah terasa lebih hangat dari biasanya? Apakah Ayah sakit lagi? Apakah obat-obat kemoterapi itu membuatnya demam lagi? Pikiranku berkecamuk.