Sisi lain hati Adica memberontak. Bukan, saudara kembarnya bukan sakit biasa. Justru dari batuk yang lama sembuh itulah terdeteksi cerita kelam.
"Aku nggak percaya. Aku susul Ayah dulu."
Silvi berlari ke lantai atas. Sia-sia Adica mencegahnya.
** Â Â
Calvin bersandar ke dinding. Satu tangannya meremas dada sebelah kanan. Ia bernafas cepat, seakan baru saja lari marathon.
Sakit ini, kenapa enggan sekali diajak toleransi? Tak tahukah kanker ini bila Calvin butuh sedikit kekuatan untuk membela Silvi?
"Mr. C....please. Nanti dulu sakitnya." Calvin memohon, mencoba self-talk dengan penyakit yang bercokol di tubuhnya.
Mr. C tak juga pergi. Ia malah kian ganas menyiksa penyintasnya.
Calvin terbatuk. Darah menjatuhi telapak tangannya. Sekali, dua kali, tiga kali. Dada dan punggungnya sakit sekali saat terbatuk. Pria kelahiran 9 Desember itu melangkah ke kamar mandi pribadi di dalam ruang istirahatnya. Kesakitan membuat ia lupa menutup pintu kamar.
Air mengalir di wastafel putih. Sepersekian menit Calvin terbatuk berkali-kali. Dahak mengalir bersama dahak.
Betapa merepotkan menyandang NSCLC. Penyakit inilah alasan Calvin untuk membatasi aktivitas fisik di luar rumah. Bayangkan bila ia tetap aktif bekerja di kantor. Pasti mengganggu sekali bila harus bolak-balik ke wastafel bila serangan ini terjadi.