Pendamping Hidupku Istimewa
Hangat. Tubuhnya menghangat karena sakit. Sesak. Dada ini sesak karena gumpalan-gumpalan darah di dalamnya.
Calvin kembali jatuh sakit. Kondisinya turun di saat Sivia tidak stabil. Bukan waktu yang tepat untuk sakit.
Pria penyuka teh itu memaksakan diri mengurus Sivia. Tubuhnya memberontak, mengirimkan permintaan untuk istirahat. Namun dilawannya rasa sakit itu. Calvin kuat demi belahan jiwanya.
Sejak pagi, Sivia berteriak-teriak ingin luka. Ia tak mau menyentuh sarapannya. Sivia baru mau makan saat Calvin menyuapinya.
"Kamu harus makan, Sivia. Sedikit saja..." Calvin lembut membujuk.
"Tidak mau! Aku ingin luka!"
Dengan sabar, Calvin menyuapkan potongan demi potongan oatmeal pancake pada Sivia. Dia ingin memastikan Sivia makan tepat waktu, itu saja. Sejak melihat Rossie dengan monster Anorexianya, Calvin jadi paranoid. Takkan dibiarkannya Sivia terlambat makan.
"Tanganmu hangat. Lebih hangat dari biasanya," kata Sivia, memegang lembut tangan Calvin.
Calvin tak menanggapi. Terus menyuapi Sivia. Jangan sampai beban perasaan Sivia bertambah dengan kekhawatiran.