Reinhard cemberut. Sikap kritis Revan pastilah membuatnya curiga.
Tiba di rumah, Rinjani menyambut Revan ramah. Ia menghentikan sejenak kesibukan upload foto di toko onlinenya. Revan makin bingung mendapati sambutan tidak biasa ini. Ia menolak lupa. Lupa kalau dirinya pernah diusir oleh pasangan suami-istri ini.
"Mau bubur, roti, atau mie?" tawar Rinjani.
Tak salahkah penglihatannya? Di meja makan, tersaji tiga menu sarapan: roti panggang berlapis mentega, bubur, dan mie goreng. Sangat, sangat di luar kebiasaan Reinhard-Rinjani. Mereka tak cukup royal untuk menyediakan lebih dari satu menu.
"Cobain semuanya boleh kan?" Revan mengedip nakal, ingin mengetes mereka.
"Boleh dong."
Ganjil, ganjil sekali. Dicobanya berpikir positif. Revan pun menyantap sarapannya. Sementara itu, Reinhard membuatkan kopi.
Mengapa buburnya terasa sedikit aneh? Agak pahit di luar, tetapi manis di dalam. Ah, mungkin hanya perasaan Revan saja. Mengapa pula Reinhard dan Rinjani tidak ikut makan?
"Oh, kami udah kenyang. Kami tadi sarapan sereal." Reinhard menjawab kebingungan tetangga bulenya.
"I see. Jadi, boleh aku habisin nih?"
"Boleh banget."