"Hai, masuk yuk."
"Sorry, aku nggak bisa lama-lama. Cuma mau balikin anjingmu. Dia lucu banget ya. Tadi dia main-main ke halaman rumahku. Aku kasih dia makan, trus aku balikin ke sini."
Spontan Reinhard berlari ke halaman. Anjing kesayangannya tampak jinak dan ceria. Sisa-sisa makanan bertebaran. Nampaknya anjing itu senang selama bersama Calvin.
"Makasih ya," kata Reinhard berterima kasih.
"Sama-sama."
"Makasih banyak..."
Calvin menyimpan tanya. Mengapa Reinhard sebegitu berterima kasihnya? Apa yang dia lakukan kecil saja. Mungkin Calvin lupa. Sesuatu yang kecil, bisa menjadi sangat berarti di mata orang lain.
"Semua tetangga kita nggak suka anjing. Mereka terlanjur terpengaruh doktrin kalau anjing itu hewan najis. Makanya mereka paling nggak suka kalau anjingku kulepas ke halaman rumah mereka. Anjingku pernah dilempari batu, diracun, dan dibuang ke jalan. Kamu...kamu tetanggaku yang paling pengertian, Calvin."
Lagi-lagi soal doktrin. Doktrin menampakkan taring tajamnya. Bukan hanya manusia yang menjadi korban, tetapi makhluk hidup lainnya. Calvin iba mendengar cerita Reinhard.
"Anjing makhluk Tuhan juga. Kalau ada aturan agama yang mengharamkan, bukan berarti dia harus disakiti." kata Calvin bijak.
Reinhard mengangguk setuju. Sejuk hatinya tiap kali berbicara dengan tetangga baru ini. Tak lama, Calvin pamit pulang. Dalam hati Reinhard tak ingin Calvin pergi. Dia masih ingin bicara banyak hal dengan pria itu.