Malaikat Baik Hati
Hampir tiga malam berlalu sejak terakhir kali Ayah Calvin menemaninya. Alih-alih Ayahnya, selama tiga hari ini Sivia ditemani Paman Revan yang bermata biru dan Paman Adica yang berparas oriental mirip sang ayah. Kedua sahabat Ayahnya itu sangat baik. Namun, tak ada yang memahami Sivia sebaik Ayah Calvin memahaminya.
"Anak cantik, kok belum ganti piyama? Udah jam sembilan...jangan tidur kemalaman." Paman Revan berkata lembut. Pria berambut pirang itu meraih tangan Sivia, menuntunnya meninggalkan balkon.
"Sivia kangen Ayah." ucap Sivia datar. Mata biru pucatnya terhujam menusuk langit malam.
"Ayahmu akan pulang, anak nakalku sayang. Palingan dia lagi honeymoon sama Bunda Alea." timpal Paman Adica.
Kening Sivia berkerut. "Apa itu honeymoon?"
Ups, Paman Adica keceplosan. Anak sekecil Sivia harusnya belum boleh tahu. Paman Revan melempar pandang menyalahkan ke arahnya.
"Honeymoon itu...semacam liburan."
"Liburan? Kok Sivia nggak boleh ikut?"
"Liburan khusus orang dewasa. Sivia kan masih kecil."