"Nah, ini ketua RT kebanggaan kita." Reinhard berkata, bangkit memberikan kursinya untuk pria paruh baya itu.
"Rein," Si pria paruh baya memanggil lembut nama Reinhard. Suaranya lembut berwibawa.
"Kenalkan Abi dengan tetangga baru kita."
Calvin dan Sivia maju. Detik itu mereka tersadar. Pria yang dipanggil Abi tak bisa melihat.
"Saya Calvin,"
"Saya Sivia."
Keduanya bergantian menyentuhkan tangan mereka ke tangan Abi Assegaf. Sesuatu menggugah hati mereka. Rasa kagum membuncah. Orang spesial dengan keterbatasan penglihatan, bisa menjadi pemimpin? Pantas saja para tetangga lama menghormatinya.
"Semoga kalian betah di sini." ungkap Abi Assegaf, tersenyum tulus.
"Pasti betah dong. Kan bakal ditemenin tetangga-tetangga kece kayak kita." timpal Revan narsis.
"Alah, tetangga hobi minta sarapan aja ngaku kece. Calvin, hati-hati lho ya. Jatah sarapanmu bisa diembat sama dia." seloroh Reinhard.
"Bukan gitu..." Revan tersenyum malu di antara para tetangga yang menertawakannya.