Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Apel Tergigit Merana

23 September 2019   06:00 Diperbarui: 23 September 2019   06:00 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sivia hanya bercanda, Alea. Dia mendorongku dan..."

"Sivia melampiaskan dorongan self harmnya padamu, Calvin Wan!"

Ya, benar. Alea benar. Aku mendukung penuh pernyataannya.

"Calvin, ini tak bisa dibiarkan. Istrimu sakit jiwa."

Refleks Calvin menepis kain kompresan di tangan Alea. Dia bangkit duduk, menatap nanar seraut wajah cantik di hadapannya.

"Jangan...pernah...menyebut...istriku...seperti itu, Alea. Istriku istimewa." kata Calvin, jelas dan tegas.

Alea menghempas napas pasrah. Kedua matanya berkaca-kaca. Kutebak Alea menangis karena dua alasan: cemburu dan sedih. Mungkin saja Alea memendam cinta pada suami orang. Sedihnya Alea sama dengan kesedihanku.

"Izinkan aku mengusap luka-lukamu, Calvin." isaknya.

"Kamu sudah punya Jose dan Arini, Alea. Mereka lebih penting."

"Aku yakin Jose bisa menjaga Arini. Kamu tidak kalah penting."

"Jangan pikirkan aku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun