Kisah Sepotong Jas
Armani namaku. Hitam warnaku. Lembut teksturku. Mahal hargaku.
Aku dikenal sebagai jas Hari Jumat. Sebab Calvin rutin memakaiku di hari itu. Hari terakhir dalam urutan hari kerja. Hari dimana semuanya autoselow.
Lain cerita dengan pemilikku. Senin sampai Jumat, ritme rutinitasnya tetap sama: bangun di sepertiga akhir malam, minum teh, berdoa sesaat, berjalan kaki keliling kompleks, menyiram bunga-bunganya, memasak, dan berangkat kerja. Pukul setengah tujuh, Calvin sudah berjibaku dengan kemacetan. Barulah pada pukul setengah sembilan ia tiba di kantor.
Sepanjang hari Calvin ngantor. Jam kerjanya berakhir menjelang pukul lima sore. Bergelut lagi dengan kemacetan, ia akan sampai rumah paling cepat pukul tujuh malam. Begitu terus, lima hari dalam seminggu.
Kupendam tanda tanya. Mengapa Calvin berlelah-lelah mengurus bunga, memasak, dan bermacet ria? He's a big boss. What for? Jawabannya terungkap saat aku bercakap-cakap dengan temanku sesama jas di gantungan baju.
"Itu karena bos kita pekerja keras," kata jas Hugo Boss.
"Yang bener sih? Bukannya karena Calvin pengen lari dari kesedihan ya? Rumah tangganya nggak bahagia, tubuhnya sering luka...makanya dia sibukin diri." bantah jas Versace.
"Nggaklah! Si bos itu pekerja keras! Baterainya full terus! Makanya dia super rajin!"
"Dia begitu karena mau lupain kesedihannya tauuu!"