Aku berteriak dan menangis. Cemburu sekali diri ini. Apa kurangku dibandingkan gelas kertas itu? Ia hanya gelas kertas sekali pakai. Tak berharga, habis pakai langsung buang. Beda banget dengan aku.
"Calvin jahat!" makiku.
Baru saja Calvin akan meninggalkan cafe, dia berpapasan dengan seorang pria berkursi roda di depan pintu. Pria itu bermata sipit. Dan...wanita cantik bermata biru yang mendorong kursi rodanya, jelas bukan Alea.
"Sivia? Jose?" desis Calvin setengah tak percaya.
Keduanya tak mempedulikan Calvin. Sibuk saling bicara dan saling tatap satu sama lain.
Detik itu juga, kemarahanku buyar. Calvin pastilah merasakan apa yang kurasakan. Kutahu ada luka bercampur cemburu di mata sipit beningnya.
Dengan hati galau, Calvin menaiki bis. Senja itu, bis tak terlalu penuh. Audioplayer di dalam bis memutarkan lagu sendu.
Jika memang diriku bukanlah
Menjadi pilihan hatimu
Mungkin sudah takdirnya
Kau dan aku takkan mesti bersatu