"Hmmmm...begitulah. Apa pun benda itu, entah kesayangan atau bukan, harus kita perlakukan dengan halus. Karena benda-benda mati ini akan bersaksi di hadapan Tuhan kelak. Mereka akan menceritakan bagaimana perlakuan kita."
Religius sekali pemilik baruku ini. Aku kagum padanya. Beruntungnya aku dimiliki Calvin.
Ah, Calvin. Pengemudiku yang berhati lembut. Aku takkan meninggalkanmu. Aku janji takkan meninggalkanmu, apa pun yang terjadi.
**
Prang!
Aku terbangun dari tidurku. Kutarik nafas panjang. Hmmmm, drama pagi dimulai lagi.
"Kau mau meracuniku, Calvin Wan?! Nasi goreng ini sama sekali tidak enak!" lengking sebuah suara soprano.
Ingin rasanya aku menulikan telinga. Wanita tak tahu diri, pikirku sengit. Seharusnya ia punya suami sebaik Calvin.
"Sivia, aku tidak bermaksud..."
"Dengar ya! Aku tidak pernah memintamu memasakkan makanan untukku! Dan jangan harap aku melakukan sebaliknya! Kalau tidak berniat memasakkanku, jangan meracuniku!"
Plak! Plak! Buk!