"Ada yang mau belajar musik private sama Ayah? Mereka bayar berapa tuh, berani-beraninya suruh Ayah ajarin musik di akhir minggu." ketus Jose.
Ayah Calvin tersenyum sabar. Perkaranya tak sesederhana soal materi. Sekalipun ada murid yang meminta belajar musik private, Ayah Calvin takkan meminta bayaran. Pengusaha dan pemilik yayasan yang sangat kaya mana mungkin meminta upah mengajar private? Mengajarkan musik pada anak-anak hanyalah bentuk cinta kasih dan hobi.
"Bukan untuk mengajar musik, Jose. Tapi..."
"Terus buat apa? Teman-temanku mana ada yang mikirin urusan sekolah Hari Sabtu begini?"
Jas hitam Versace itu telah terpasang rapi. Setelah sekilas menatap refleksi diri di cermin, Ayah Calvin berlutut di depan anak semata wayangnya.
"Ayah punya murid luar biasa. Dia sakit dan butuh bantuan." terangnya.
Alis Jose bertaut. Matanya kian menyipit.
"Siapa? Kok aku nggak kenal?"
"Dia baru pindah. Sekolah lamanya mengeluarkannya begitu dia divonis kanker darah."
Merinding Jose emndengarnya. Kasihan sekali murid baru itu. Kalau begini situasinya, dia takkan protes lagi. Sebaliknya...
"Ayah, Jose ikut. Jose mau jadi temen dia."