"Kuputarkan The Greatest Showman untuknya, kubuatkan susu hangat, kubacakan buku kesukaannya, dan kuajak dia menulis bersama. Tapi dia tetap pergi...dia ingin main keluar katanya." tutur Bunda Alea sedih.
"Wajar, Alea. Jose merasa terkekang. Dia biasa traveling, biasa pergi kemana-mana. Tinggal di rumah untuk beristirahat membuatnya tersiksa."
"Ya, itu juga yang dikatakannya padaku. Berbaring terus membuatnya tambah sakit."
Hujan kian lebat. Resah di jiwa Ayah Calvin dan Bunda Alea bertambah dalam. Mereka telah memerintahkan beberapa pelayan untuk mencari Jose. Hingga detik ini, belum ada sinyal positif.
Tangan Bunda Alea bergerak lemah meraih iPhone. Dicarinya kontak bernama 'my dearest son'. Sejurus kemudian ia tempelkan benda silver itu ke telinganya. Lupa kalau Jose jalan-jalan ke taman tanpa membawa iPhonenya.
Dua hati terpagut dalam cemas. Kamar utama di lantai atas itu disesaki atmosfer negatif. Tak tahan diperbudak kekhawatiran, Ayah Calvin memutarkan musik klasik. Diajaknya Bunda Alea relaxing time. Semenit. Tiga menit. Lima menit...
Pyar!
Kilat menggelegar memecah langit. Kaca-kaca jendela bergetar. Refleks Bunda Alea merapatkan tubuhnya ke tubuh Ayah Calvin.
"Calvin, aku takut." desah Bunda Alea.
"Aku di sini, Alea. Tak perlu takut..."
Lengan Ayah Calvin terentang, bersiap mendekap wanitanya. Tinggal seinci lagi jarak mereka ketika salah seorang asisten rumah tangga menggedor pintu kamar utama. Kemesraan terburai, digantikan selusin tanda tanya.