Dua menit berikutnya, Ayah Calvin dan Bunda Alea tergesa menuruni tangga. Tersayat hati mereka melihat sosok tampan dan pucat yang menghambur masuk ke ruang tamu.
Jose pulang dengan wajah pucat dan tubuh penuh luka. Dia terjatuh ke pelukan Ayah-Bundanya.
"Kenapa bisa begini, Sayang?" tanya Bunda Alea panik.
Kegelisahan tercermin di mata sipit Jose. Dia tak siap melihat kepanikan ibu tirinya. Sebaliknya, Ayah Calvin tetap tenang. Dengan lembut ia mengelus rambut Jose sambil berkata,
"Ayo cerita sama Ayah...pelan-pelan."
Belum sempat cerita terurai. Jose terbatuk. Hidungnya mengalirkan darah segar.
"Tenang, Alea. Please...Jose akan makin tertekan melihat Bundanya mencemaskan dirinya. Kamu bisa panggilkan Dokter Tian?" pinta Ayah Calvin.
"Aku mau bersama anak kita...!" sergah Bunda Alea.
"Princess...please."
Ayah Calvin menggunakan taktik mautnya. Seperti terkena Mantra Imperius, Bunda Alea bangkit. Mencium kedua pipi Jose, lalu melangkah patah-patah meninggalkan ruang tamu.
"Jose mau kan cerita sama Ayah?" bujuk Ayah Calvin.