Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Sebut Aku Orang Indonesia

24 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 24 Juli 2019   06:34 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kuputarkan The Greatest Showman untuknya, kubuatkan susu hangat, kubacakan buku kesukaannya, dan kuajak dia menulis bersama. Tapi dia tetap pergi...dia ingin main keluar katanya." tutur Bunda Alea sedih.

"Wajar, Alea. Jose merasa terkekang. Dia biasa traveling, biasa pergi kemana-mana. Tinggal di rumah untuk beristirahat membuatnya tersiksa."

"Ya, itu juga yang dikatakannya padaku. Berbaring terus membuatnya tambah sakit."

Hujan kian lebat. Resah di jiwa Ayah Calvin dan Bunda Alea bertambah dalam. Mereka telah memerintahkan beberapa pelayan untuk mencari Jose. Hingga detik ini, belum ada sinyal positif.

Tangan Bunda Alea bergerak lemah meraih iPhone. Dicarinya kontak bernama 'my dearest son'. Sejurus kemudian ia tempelkan benda silver itu ke telinganya. Lupa kalau Jose jalan-jalan ke taman tanpa membawa iPhonenya.

Dua hati terpagut dalam cemas. Kamar utama di lantai atas itu disesaki atmosfer negatif. Tak tahan diperbudak kekhawatiran, Ayah Calvin memutarkan musik klasik. Diajaknya Bunda Alea relaxing time. Semenit. Tiga menit. Lima menit...

Pyar!

Kilat menggelegar memecah langit. Kaca-kaca jendela bergetar. Refleks Bunda Alea merapatkan tubuhnya ke tubuh Ayah Calvin.

"Calvin, aku takut." desah Bunda Alea.

"Aku di sini, Alea. Tak perlu takut..."

Lengan Ayah Calvin terentang, bersiap mendekap wanitanya. Tinggal seinci lagi jarak mereka ketika salah seorang asisten rumah tangga menggedor pintu kamar utama. Kemesraan terburai, digantikan selusin tanda tanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun