Kini, terungkaplah alasan Jose begitu semangat menjalani sesi terapi. Terjawab pula mengapa dia ingin punya adik. Ayah Calvin memaklumi, sangat memakluminya.
Ia tak marah ketika Jose menyembunyikan nama aslinya. Justru Ayah Calvin bangga. Jose low profile. Tak ingin menonjolkan prestise keluarga.
"Semua ada waktunya..." hibur Bunda Alea.
Ayah Calvin berbalik. Lembut mengangkat dagu istrinya. Otomatis mata mereka bertemu.
"Bagaimana bila jumlah pasir waktuku tidak cukup?" Ayah Calvin bertanya, pesimistis.
"Allah pemegang waktu. Allah menggenggam hati Jose. Kelak Ia akan menyelaraskan waktu dan pembalikan hati. Percayalah, Sayang. Kesedihan terurai pada waktunya."
Benar juga. Waktu milik Allah. Hati semua orang dalam genggamanNya. Buat apa risau?
"Di dekatmu aku tenang, Alea." ujar Ayah Calvin, memeluk Bunda Alea penuh cinta.
"Sensasi ketenangan darimu, lebih mudah diterima tubuhku." Bunda Alea mendesah, membalas pelukan pendamping hidupnya.
Jangan biarkan damai ini pergi. Jangan biarkan bunga-bunga cinta layu.
** Â Â