"Nggak semua makanan cocok buat pasien rumah sakit. Banyak pasien yang nggak boleh makan sembarangan. Bunga itu punya manfaat yang bagus banget. Biar mereka cepat sembuh." Sivia menjelaskan, tersenyum tipis.
"I see. Kamu pintar." puji Jose tulus.
Air muka Sivia berubah. Lebih mendung, lebih keruh. Gelisah dia memainkan tepi dressnya.
"Kalau aku pintar, aku nggak bakalan disakiti Ayahku terus." Ia bergumam sendiri. Tetapi Jose masih bisa mendengarnya.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku tulis puisi buat kamu. Mau aku bacain atau aku ketik di laptop kamu yang beda itu?"
Sivia kaget. Anak lelaki yang selalu menyapa di Hari Sabtu, mengajaknya bicara walaupun tak dijawab, dan membelikan minuman di vending machine, membuat puisi untuknya? Siapakah Sivia ini? Hanya gadis kecil kesepian yang tidak dipedulikan siapa pun.
"Tapi aku nggak bisa baca puisi. Aku ketik aja ya," Jose memutuskan sendiri.
Direbutnya laptop Sivia. Diketikkannya baris demi baris.
Ambillah makna dari setiap cerita
Dengan wajah tetap ceria
Tanpa harus bermuram durja