Teguran halus menyadarkannya. Bunda Alea tersadar. Ada beberapa butir air mata turun lagi.
"Be happy, Alea. Bentar lagi calon suamimu datang. Perlu kita prank?" tawar salah seorang tim bridesmaids.
Bunda Alea menggeleng. Tidak, jangan sampai Ayah Calvin kena prank hanya untuk urusan ini. Sudha cukup banyak kesulitannya tanpa harus diperbanyak lagi.
"Kau kenapa? Terlalu sayang sama Calvin sampai nggak mau kita kerjain?" tawa si bridesmaid bergaun soft pink.
Belum sempat Bunda Alea menjawab, keluarga mempelai pria telah tiba. Jantung Bunda Alea berdebar-debar. Gugup ditatapnya pintu masuk hotel.
Itu dia.
Langkahnya tegap. Parasnya pucat. Meski demikian, rona pucat tak mengurangi ketampanannya. Ayah Calvin benar-benar seperti malaikat. Malaikat tampan bermata sipit kesayangannya Bunda Alea.
Mereka berdua saling tatap. Dress merah bertemu tuxedo merah. Mata bening bertemu mata sipit. Wajah jelita berpadu wajah rupawan. Ayah Calvin Wan bertemu Bunda Alea Cattleya.
"Bunda...kenapa Jose nggak dipeluk? Malah liat-liatan terus sama Ayah!"
Jose setampan Ayahnya. Ia menyeruak masuk, menggelayut di lengan Bunda Alea. Bunda Alea menarik tubuh tinggi itu ke dalam pelukan. Seseorang tertawa di belakang mereka.
"Pasti kau kalah saing dari Jose, ya? Dia sudah memeluk calon istrimu duluan," goda Paman Adica.