Kali ini Jose tak bisa lagi berpura-pura. Ia duduk di samping ranjang king size itu. Ia habiskan sepanjang hari di kamar utama.
"Ayah...yang kuat ya. Ayah pasti kuat. Besok pagi Ayah kan mau nikah sama Bunda Alea." Jose berkata meneguhkan. Menyalurkan energi kekuatan lewat genggaman tangan.
Mengapa Ayah Calvin harus sakit menjelang hari spesialnya? Waktu berdoa lima kali sehari tak disia-siakan Jose. Ia bacakan Surah Yusuf sambil berdoa agar Ayahnya membaik. Jose tentunya realistis. Kelainan darah bersifat menahun dan tak mungkin sembuh total, ia hanya bisa dikontrol.
** Â Â
Bunda Alea menatapi pantulan dirinya di cermin. Sesosok wanita cantik bergaun merah balas memandangnya. Make up baru saja selesai. Bunda Alea dua kali lebih cantik dari biasanya. Ia sempatkan diri untuk bercermin lama-lama. Mematut penampilan, memastikannya sempurna.
Perfekto. Semuanya sempurna. Bunda Alea akan jadi pengantin wanita yang cantik luar-dalam. Apa yang kurang?
Ada titik bening di pelupuk matanya. Mengapa ada air mata? Cepat-cepat Bunda Alea menyekanya, takut riasan wajahnya luntur.
Sebentar lagi ia akan jadi milik orang. Bunda Alea takkan sebebas dulu. Menikah sama artinya mengikat diri pada orang lain. Dan dirinya akan dinikahi pria berhati malaikat. Pria yang setiap aspek dalam dirinya, begitu didamba pria lain.
Apakah ini air mata kecemasan? Semalam ia dapat kabar dari Jose. Ayah Calvin sakit. Tidak, semuanya pasti baik-baik saja.
Bertahun-tahun Bunda Alea menikmati kesendiriannya. Hidup single tak apa. Masih banyak kebahagiaan di dunia selain cinta. Semua keyakinan itu luluh lantak saat surat Bunda Sivia mendarat di kantornya.
"Hei, calon pengantin wanita kok nangis?"