Dalam suasana menegangkan ini, celetukan-celetukan Paman Adica boleh juga untuk mencairkan kebekuan. Jose melempar pandang penuh arti pada Ayahnya. Ayah-takkan-bisa-menggeserku-dari-pelukan-Bunda, begitu maksud tatapannya.
Prosesi sakral berjalan lancar. Ayah Calvin tak mengulangi kesalahan Paman Revan. Kelegaan menghangati hati mereka. Mulai hari ini, Ayah Calvin dan Bunda Alea satu jiwa.
"Good job, ternyata kamu lebih cerdas dari Revan." Paman Adica melempar puji di dalam olokan.
Kebahagiaan membanjiri hati Bunda Alea. Kini statusnya telah berubah. Pantaslah dia disebut Nyonya Calvin Wan. Sayangnya, ibunya tak bisa hadir untuk menyaksikan ikatan suci.
Ayah Calvin dan Jose memahami kesedihan istri dan ibu baru mereka. Sebelum Ayah Calvin memikirkan cara untuk menghibur sang istri, Jose lebih cepat. Dihampirinya Bunda Alea sambil membawa piring kertas berisi tart karamel.
"Jose mau suapin Bunda. Boleh kan?" tawarnya.
Senyum tipis merekah di bibir Bunda Alea. Sikap manis anak lelakinya begitu menggetarkan.
"Kayak gini nih kalo Ayah suapin Jose..." Anak yang menjuarai banyak kontes musik itu menirukan cara Ayah Calvin menyuapinya.
Dari sudut mata, Ayah Calvin memperhatikan keakraban ibu dan anak itu. Ia biarkan mereka bercengkerama berdua. Keluarga kecilnya mematahkan stigma buruk tentang ibu tiri.
Pelan-pelan Jose menyuapi Bunda Alea. Dia tahu, riasan Bundanya tak boleh rusak. Tingkah manis Jose mengundang tatapan kagum para tamu.
Tiba saatnya resepsi. Bukannya mengiringi Ayah Calvin, Jose justru mendampingi Bunda Alea. Tanpa canggung, Jose mengangkat ekor gaun Bundanya. Banyak tamu salah duga. Dikiranya Jose anak kandung Bunda Alea. Melihat itu, Ayah Calvin tersenyum saja. Mau bagaimana lagi? Jose tak bisa dilarang.