Kelas nyaris kosong. Betapa herannya Jose karena si murid baru masih di sana. Setengah hati ia bertanya. Dijawab polos oleh Steven.
"Aku di sini aja ah, nemenin kamu. Masa kamu ditinggal sendirian?"
Jose terenyak. Hatinya tergores mendengar frasa 'ditinggal sendirian'. Ya, Allah, bahkan anak tak tahu diri ini lebih peka dari Ayah Calvin. Berhari-hari Ayah Calvin membiarkannya sendirian.
Bekal yang dibawakan Bunda Alea cukup banyak. Ada bento berisi dua nasi yang dibentuk menyerupai panda imut, ayam teriyaki, potongan wortel, tomat, dan daun selada. Bunda Alea juga membawakannya pizza, cheesecake, pai susu, pastel, puding coklat, kue krim, dan muffin.
"Kamu mau?" tawar Jose ragu.
Steven ikutan ragu menerimanya. Unik sekali, dua anak berbeda etnis dengan kontur wajah tak sama, makan dari kotak bekal yang sama. Berbagi bekal tanpa membedakan sekat ras dan keyakinan.
iPhone Jose berbunyi. Pop up dengan tulisan "Ayah Calvin" berpendar di layar. Steven melihatnya.
"Ayahmu telepon tuh," tunjuknya.
"Biarin. Males aku angkat," ketus Jose.
"Masa Ayahnya dicuekin? Aku aja pengen punya Ayah." sentil Steven.
Jadi, Steven anak yatim? Dia tak pernah merasakan belaian kasih seorang ayah. Jose masih lebih beruntung. Meski begitu, Jose enggan mengangkat telepon Ayahnya.