Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku (Tulus-Gajah).
** Â Â
Sekejap saja Steven akrab dengan hampir semua anak di kelas. Ya, hampir. Karena Jose tidak menyukainya.
Ah, ini sangat tidak khas Jose. Biasanya dia menyambut ramah teman baru. Bukan, bukannya Jose tidak meyukai Steven karena merasa tersaingi. Suara Steven bagus dan berkarakter. Alasannya bukan itu. Melainkan karena Steven duduk di bangku kosong bekas almarhum Andrio. Sejak Andrio meninggal, Jose sengaja membiarkan bangku itu kosong.
"Hei, kamu Jose kan? Tadi di luar anak-anak ngobrolin kamu. Katanya kamu ketua kelas teladan, jago basket, main piano, dan nulis novel." Steven mengajaknya bicara.
Jose menoleh malas. Dilihatnya tangan Steven terulur. Ragu-ragu dia menjabat tangan coklat kasar itu.
"Kapan-kapan mau nggak ajarin aku nulis novel?" lanjut Steven. Tak sadar dirinya seperti bermonolog.
Mengajari anak berkulit sawo matang itu menulis novel? Tunggu sampai kiamat Sugra dulu. Jose masih kesal karena Steven menempati bangku milik Andrio.
Tanpa kenal lelah, Steven terus mengajaknya ngobrol. Sesekali Jose menjawab pendek. Tingkah Jose tak luput dari radar Silvi. Dia maklum kenapa Jose sedingin itu.
Pelajaran demi pelajaran terlewati. Tak terasa, tiba waktunya istirahat kedua. Jam istirahat kedua lebih panjang karena merangkap jam makan siang. Anak-anak berhamburan ke cafetaria kecuali Jose. Kakinya sudah tak kuat menjajari langkah cepat mereka. Lagi pula Dokter Tian dan Ayah-Bundanya melarangnya makan makanan cafetaria sekolah. Sebagai ganti, Jose dibawakan bekal dari rumah.