"Jose...Sayang, sudah makan belum?" Bunda Alea mengalihkan pembicaraan.
"Belum."
"Makan ya, Sayangku. Terus minum obat. Biar Jose cepat sembuh."
Jangan beri angin surga. Jose tahu, dirinya takkan sembuh. Penyakit yang dideritanya bersifat menahun dan progresif, sama seperti kelainan darah yang diidap Ayah Calvin.
** Â Â
Wajah tampannya dihiasi gurat kesakitan. Matanya kian menyipit menahan sakit. Jose mengayunkan kaki, susah payah turun dari ranjang.
Senja merengkuh malam. Pastilah sekarang tengah dilakukan prosesi malam kembang. Malam sebelum jenazah diberangkatkan ke krematorium.
Jose ingin datang ke malam kembang. Tapi, bagaimana bisa dengan kondisi begini? Ayahnya juga tak pulang.
Hebatnya, Ayah Calvin masih memberi kabar pada Jose tiap jam. Meski sibuk dengan urusan ini-itu. Hati Jose tertampar. Rasanya ia tak berguna. Mendampingi Ayahnya saja tak mampu.
Anak laki-laki yang lahir di bulan terdingin itu mencemaskan Ayahnya. Jose takut, takut sekali kehilangan Ayah Calvin. Bagaimana bila Ayah Calvin meninggalkannya? Bagaimana bila Ayah Calvin berhenti mempedulikannya? Bayang ketakutan berkelebatan.
Piano berdenting lembut. Tangan kiri Jose bergerak lambat. Tak mudah bermain piano dengan tangan.