Dingin. Jose kedinginan. Tangan kirinya tremor. Sisi kanan tubuhnya masih saja mati rasa.
Jam-jam berlalu lambat. Jose terbaring lama, menatap hampa langit-langit kamarnya. Dadanya sesak. Polisitemia vera membuatnya sesak nafas jika berbaring.
Pagi melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Siang menggantikannya. Hujan betah membasuh kota. Suram, sesuram hati Jose.
"Allahuma firlaha...warhamha, waafihi wafuanha." Jose merapal doa itu berulang-ulang.
Walaupun tak punya kenangan dengan mendiang Shilla, Jose tetap mendoakannya. Jose berjarak dengan keluarga besar Ayah Calvin. Merekalah yang menjauhi Jose. Anak yang mewarisi ketampanan Ayahnya itu selalu disebut "darah campuran".
Sakit hati Jose tiap kali dua kata itu dilayangkan. Memangnya "darah-campuran" seburuk itu? Bila pun bisa memilih, Jose ingin dilahirkan dari keluarga Tionghoa tulen agar tak dikucilkan.
Tapi...
Siapa yang bisa memilih dimana seseorang akan dilahirkan?
Perasaan terasing mencengkeram hati Jose. Ia anak Ayahnya, ia dan Ayah Calvin sulit terpisahkan. Kini, mengapa Ayah Calvin serasa membentangkan jarak dengannya?
Ayah Calvin meninggalkan Jose sendirian. Menenggelamkan diri dengan urusan rumah duka dan kremasi. Dibiarkannya Jose sendirian dalam sakit.
Bukan seperti itu, bisik hati kecilnya. Ayah Calvin tak ingin Jose bersedih. Jika sedih itu datang, Jose akan bertambah sakit. Jose takut kremasi, Ayah Calvin tahu itu. Mana mungkin dia membawa anaknya ke krematorium?