Dada Jose kian sesak. Kepalanya pusing. Polisitemia vera jahat! Bisa-bisanya ia kambuh di saat begini.
Jose meraih iPhonenya. Benda silver itu baru saja berbunyi. Muncul sebuah pop up bertuliskan "Bunda Alea".
"Halo Jose...this is me, Bunda Alea." sapa suara mezosopran di ujung sana.
"Bunda Alea..." erang Jose putus asa.
"Iya, Sayang. Sini cerita sama Bunda."
Beban kesedihan tertumpah. Pedih tercurah. Sedih terurai menjadi pasrah.
Semua yang hidup akan merasakan maut. Tarikan nafas takkan abadi. Kehidupan layaknya ruang tunggu di bandara. Kita hanya menunggu, kapan penerbangan kita dengan rute alam akhirat.
"Kita sama-sama saling doa ya, Sayang. Bunda juga lagi di rumah sakit...Mamanya Bunda, sakit miloma." kata Bunda Alea menguatkan.
"Apa itu Miloma, Bunda?" Jose bertanya penasaran.
"Kanker plasma darah. Mamanya Bunda sudah dua kali jatuh. Sebelum hari ulang tahunnya, dan saat malam Lebaran. Tulangnya patah. Tensinya tinggi sekali. Ternyata ditemukan kanker pada plasma darahnya." tutur Bunda Alea dengan suara halusnya.
Darah, kata itu lagi. Lama-lama Jose muak dengan darah. Dirinya terkena penyakit kelainan darah. Begitu pula Ayah Calvin. Kini Mamanya Bunda Alea merasakan hal serupa. Mengapa darah selalu membawa masalah?