Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pulanglah Sebelum Aku Tak Bisa Memelukmu Lagi (3)

19 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 19 Juni 2019   06:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taksi biru itu meluncur pergi. Alea menyeret kopernya memasuki bandara. Penerbangannya satu jam lagi.

Diedarkannya pandang ke sekeliling bandara. Orang-orang berlalu-lalang menggendong ransel, mendorong troli, memeluk para pengantar, mengobrol, bahkan ada yang menangis. Sepasang suami-istri warga keturunan berpelukan erat. Mata sang istri sembap.

Melihat pemandangan itu, Alea merasakan kekosongan di hatinya. Semua calon penumpang rerata didampingi pengantar. Hanya dia, dia yang berjalan sendiri memasuki check in room.

Sepi menyelusup ke hatinya. Ritme hidup monoton, kesibukan yang tak pernah usai, perjalanan ke kota dan negara berbeda, pertemuan dengan tim pukul delapan pagi hingga pukul lima sore, dan rapat-rapat panjang membuatnya letih. Kesepian ini makin kuat. Alea nyaris tak punya waktu untuk dirinya sendiri. Jangankan me time, waktu yang berkualitas untuk keluarga pun tak ada.

Kursi-kursi di ruang tunggu bandara membisu. Ruangan luas berpendingin udara itu sunyi, seesunyi hatinya. Alea menyibukkan diri membuka iPhone. Ratusan notifikasi menuntut ingin dibuka.

Tubuh Alea bergetar hebat. Untaian panjang chat di WAG keluarga merobek-robek perasaannya. Terlihat beberapa foto yang memperlihatkan perkembangan terakhir kondisi Mamanya pasca operasi. Kemunduran tubuh yang lumayan parah. Keharusan untuk latihan jalan. Kerusakan tulang. Dan...astaga, pria tampan bermata sipit yang mengangkat tubuh sang Mama ke kursi roda itu...

"Calvin?" desah Alea matanya berkaca-kaca.

"Calvin...kau ada di sana, Sayang?"

Air mata Alea tumpah. Peduli amat dirinya kini berada di tempat publik. Masa bodoh bila ada petugas maskapai, calon penumpang, bahkan wartawan sekalipun yang menatapnya penuh tanya.

Calvin, malaikat tampan bermata sipitnya, rela berlelah-lelah mengurus keluarga yang membencinya? Calvin, membalas penolakan dan tekanan berulang, dengan perhatian tulus? Alea terharu, sungguh terharu.

Sewaktu membuka e-mail, kembali ditemukannya pesan dari akun calvinwan912@gmail.com. Ah, tidak. Alea tidak siap membalasnya. Isi pesannya masih sama: permintaan untuk kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun